Sahabat saya: Buku Harian


Ketika menikah saya harus melenyapkan setumpuk buku harian. Seolah melenyapkan masa lalu yang tersejarahkan untuk memulai hidup baru.
Ada banyak cerita disana, mulai dari kisah penuh tangis, geram, hingga bahagia.
Membiasakan menulis di buku harian mulai saya lakukan sejak kelas 4 SD. Bisa dibilang, kenapa saya bisa berhasil menyembunyikan perasaan sedih dan marah karena saya berhasil mentransfer perasaan sedih dan marah dalam tulisan sehingga teman-teman hanya melihat saya sebagai anak dan remaja yang ceria karena memang sedih dan galau terkikis dengan sendirinya saat menulis.

Setelah menikah, sahabat saya suami. Terima kasih Buku Harian yang sudah menemani saya sejak kecil hingga mengantarkan ke gerbang pernikahan :)

No comments:

Post a Comment