Kehidupan Adalah Laboratorium Belajar!

Terbelenggu oleh jadwal kerja yang padat dan sistem kampus yang ngejelimet. Maka hampir dua tahun ini skripsi saya belum rampung. Padahal, dari kiri dan kanan sudah cerewet menyatakan tanpa gelar sarjana mereka yakin satu saat karier saya akan terhambat. Lantas, apa yang saya lakukan. Tak Ada! Tetap belenggu itu tak memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan cepat. Seorang sahabat saya di Jakarta, berhasil menyelesaikan skripsi dalam kurun waktu 8 tahun, kemudian ada juga yang 9 tahun, bahkan ada yang nekad tidak menyelesaikannya. Bagaimana kehidupan mereka? Baik-baik saja, bahkan karier mereka tak kalah cerah dibandingkan penggondol sarjana.
Bukan, bukan saya tidak memikirkan itu. Tapi, saya masih menentukan skala prioritas sesuatu. Saat ini pekerjaan masih jauh lebih penting, lagipula saya merasa bahwa Universitas bukan laboratorium belajar sesungguhnya. Laboratorium belajar sesungguhnya adalah Kehidupan. The Real Life!!!
Apa yang kita ambil dari kehidupan? Pengalaman dari waktu ke waktu. Seusai membaca buku terbitan Kompas “Sukses Merambah Dunia” saya semakin yakin bahwa Sukses memang milik semua. Semua orang yang memiliki pola serta cara berpikir yang tidak sempit dan kreatif. Ny. Keminah, seorang eksportir mebel dari Jepara merupakan lulusan SMP; Abidin, pengusaha produk elektronik ternama di dunia (Kenwood) adalah lulusan STM ; Sudirman, pengusaha toko seni (artshop) di Lombok adalah lulusan SD ; dan banyak lagi kisah sukses dari orang-orang berpendidikan ‘rendah’ tapi mampu menjadi pelopor bagi orang lain.
Belajar dari sini. Rasa-rasanya kita sudah tak perlu lagi memandang sebelah mata pada orang lain dengan pendidikan ‘minimal’ karena siapa tahu kekreatifan mereka justru membuat kita tertinggal.
Belajar dari hukum ekonomi. Rasa-rasanya masuk akal kok, jika kita mau dan bisa, “menggunakan pendidikan yang minimal, untuk hasil yang maksimal.” Amin. Semoga saya bisa!

No comments:

Post a Comment