Saya Bangga Jadi Perempuan!




Tidak ada yang tidak hebat dari seorang perempuan, siapapun dia! Sebab perempuan manapun bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu
-Indari Mastuti-


Sejak hari ini saya mengaktifkan dua laptop sekaligus, satu di lantai bawah satu lagi di lantai atas. Kok dua-duanya dinyalakan sih? agar saya tetap bisa bekerja apakah ketika saya sedang di kantor (lantai atas) ataupun ketika berada di rumah bersama anak-anak (lantai bawah), ternyata, perkiraan saya tepat, saya lebih banyak di rumah daripada di meja kerja atas, ini artinya peran sebagai ibu rumah tangga menyita lebih dari 80% tiap harinya dan 20% untuk bisnis.
Sejak 4 tahun lalu setelah resign dari pekerjaan saya yang sebetulnya sangat menarik, saya memang memutuskan membangun bisnis sendiri dengan konsentrasi 80% ibu rumah tangga dan 20% berbisnis. Seiring dengan perjalanan bisnis yang terus meningkat tiba-tiba konsentrasi saya tanpa disadari berpindah, konsentrasi saya berubah 20% untuk peran sebagai ibu rumah tangga dan 80% untuk bisnis. Dengan pembagian persentasi itu saya dibantu oleh 4 asisten di rumah yaitu Asisten Rumah Tangga yang bertugas mengurus rumah, Pengasuh Anak yang tugasnya mengasuh anak-anak setiap hari dari pagi hingga malam, Supir yang mengawal saya dan anak-anak kemanapun kami pergi, baik itu perjalanan bisnis atau perjalanan wisata, serta Koki yang dalam hal ini mertua tercinta dengan tugas memasak untuk keluarga dan karyawan yang juga ikut makan siang setiap harinya. Kegiatan saya setiap harinya memang fokus pada bisnis walau tetap mengurus anak, suami, dan keluarga namun karena ketiga asisten tersebut sangat membantu sehingga peran saya pada akhirnya tidak begitu terlihat besar.
Tapi, hari ini saya cukup puas sebab hari ini 80% peran saya sebagai ibu rumah tangga dijalani dengan baik namun saya tetap bisa tetap mengerjakan rentetan target bisnis hari ini, mulai dari mencolek-colek downline yang berjumlah 387 orang, mengurus lebih dari dua ratus penulis yang bergabung di Agensi Naskah Indscript Creative yang saya miliki, mengatur lalu lintas komunitas yang saya dirikan dengan jumlah anggota lebih dari 2600 orang, hingga melakukan promosi bulan September untuk lebih dari 30 klien perusahaan. Bagaimana caranya? walau hanya beberapa detik saya mengecek laptop yang terus ON sambil terus mengurus anak-anak, mulai dari memandikan, menyusui, hingga mengajak mereka bermain. Ketika saya sedang berada di lantai atas saya mencuri waktu bekerja, ketika sedang di bawah saya tetap bekerja walau sesaat, namun jika anak-anak tidur, saya langsung mengecek target di agenda dan mulai menyelesaikan satu per satu. Jika ada hal yang urgent, saya meminta bantuan suami menjaga anak-anak dan saya stay tune dulu di laptop menyelesaikan pekerjaan.
Bagaimana dengan asisten rumah tangga? beliau lebih intens merapikan rumah, menyetrika, dan berbagai pekerjaan rumah lainnya. Bagaimana dengan pengasuh anak? karena saat ini belum datang dari liburannya, saya akan membiasakan diri menjadi benar-benar pengasuh anak, dan kelak jika beliau datang, beliau akan benar-benar menjadi asisten pengasuh anak :). Bagaimana dengan Koki? Kalau ini memang tidak tergantikan karena saya tidak pandai memasak. Bagaimana dengan supir? kalau urusan ini pak supir tetaplah pak supir bukan asisten, karena saya memang nggak bisa nyetir. Kini, tidak heran kalau saya bangga menjadi perempuan karena bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu:
1. Saya bisa menyusui sambil membaca
2. Saya bisa menyuapi anak sambil pesbukan
3. Saya bisa mencuci sambil memandikan anak
4. Saya bisa makan sambil menggendong anak
serta berbagai pekerjaan lain yang mungkin suami saya tidak bisa melakukannya hehehe. Maka saya tutup catatan hari ini dengan rasa syukur pada Allah karena melimpahkan saya begitu banyak yang harus saya jalani dalam satu waktu namun tetap membuat saya merasa nyaman. Saya bersyukur sebab hari ini saya semakin menyadari bahwa jika sisi baik yang selalu kita lihat pada akhirnya akan memberikan kebaikan.
Dan, mulai hari ini saya optimis dengan pembagian konsentrasi 80% jadi Ibu Rumah Tangga dan 20% jadi Pebisnis tetap membuat bisnis saya jalan dengan baik dari rumah. Saya bangga jadi perempuan! 
Alhamdulillah..........

PRESS RELEASE: Pemberdayaan Ibu-Ibu Rumah Tangga di Facebook


FACEBOOK bukan hanya urusan STATUS nggak penting, Facebook bisa jadi lahan pemberdayaan perempuan juga. Grup Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) salah satu grup yang serius melakukan hal ini. Grup yang berdiri di bulan Mei 2010 ini didirikan oleh seorang Ibu Rumah Tangga yang juga menekuni bisnis Agensi Naskah dengan nama Indscript Creative kini beranggotakan hampir 5000 orang ibu. Ibu Rumah Tangga itu bernama Indari Mastuti memang mantap melakukan pemberdayaan perempuan secara online dengan bidang pekerjaan MENULIS. Ya, menulis!
MENULIS merupakan salah satu kegiatan yang sebetulnya bisa dilakukan oleh semua orang. Sayangnya, kebanyakan orang sebelum memilih menjadi penulis sudah merasa bahwa dirinya ‘tidak berbakat’ untuk menulis. Padahal, hanya dengan konsistensi dan komitmen menjalankan aktifitas menulis setiap hari, akan membuat setiap orang terlatih menuliskan apa yang ada di kepalanya.
Profesi menulis yang dianggap hanya orang yang ‘berbakat’ yang bisa menjalankannya akan dikampanyekan sebagai satu profesi yang semua bisa melakukannya, termasuk IBU-IBU RUMAH TANGGA. Malah, justru dilatarbelakangi oleh aktifitas ibu-ibu yang hanya sumur-dapur-kasur, aktifitas menulis akan menjadi satu bagian keseharian yang kelak akan menghasilkan lebih dari sekadar karya. Ibu-ibu yang akhirnya memilih jalur menulis sebagai aktifitas keseharian tanpa meninggalkan rumah, akan mengalami lonjakan PRODUKTIFITAS baik secara ilmu, karya, maupun materi. Hadirnya grup ibu-ibu doyan nulis akhirnya dilatarbelakangi niat untuk meningkatkan produktifitas para ibu di berbagai hal.
Anggota IIDN yang kebanyakan ibu rumah tangga itu diajari bagaimana cara membuat outline yang baik agar dapat menembus dan menarik hati penerbit, bagaimana cara menghasilkan tulisan yang baik dari ide-ide sederhana yang ada di sekitar. Di IIDN, anggotanya juga diberikan pelatihan-pelatihan menulis secara berkala baik secara online, maupun offline. Secara nasional maupun per wilayah masing-masing. Karena semakin bertambahnya anggota Grup IIDN dari hari ke hari yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia bahkan hingga ke mancanegara, maka diputuskanlah untuk membagi IIDN ke dalam wilayah-wilayah yang masing-masing dipimpin oleh Koordinator Wilayah (KORWIL) yang telah ditunjuk. Kini sudah ada sekira 22 Kordinator Wilayah di berbagai wilayah Indonesia serta luar negeri yang berpusat di Jepang. Masing-masing korwil bertugas untuk mengatur arus informasi yang berasal dari Pusat ke Wilayah ataupun sebaliknya. Dalam waktu dekat IIDN akan membuka 25 korwil di 25 negara di dunia.
Saat ini, proyek terbaru yang sedang dikerjakan oleh para anggota IIDN adalah beberapa proyek penulisan buku antologi (kumpulan kisah). Beberapa di antaranya yaitu :
1. Storycake For Ramadhan (Penerbit, Gramedia Pustaka Utama, 2011). Buku antologi terbaru anggota grup IIDN yang berisikan 44 kisah-kisah indah dan inspiratif seputar Ramadhan yang menyentuh hati. Ditulis oleh 43 orang kontributor yang 99% adalah anggota grup IIDN. Saat ini sudah selesai cetak dan telah beredar di took-toko buku besar di Seluruh Indonesia.
2. For The Love of Mom (Penerbit ETERA, 2011) sedang dalam proses percetakan. Sebuah antologi tentang betapa hebatnya perempuan sebagai ibu. Banyak kisah menyentuh yang akan membuat kita merindukan bunda nun jauh di sana.
3. EMAK GOKIL, (Penerbit Rumah Ide, 2011) sebuah antologi tentang kisah-kisah konyol seputar kehidupan rumah tangga sehari-hari yang dialami oleh para ibu rumah tangga.
4. KAMUS INDONESIA (Penerbit Sygma Eksamedia, 2011). Merupakan proyek besar di Grup IIDN yang melibatkan lebih dari 100 orang ibu-ibu/perempuan yang tersebar di seluruh Indonesia yang kesemuanya merupakan anggota IIDN. Hal ini merupakan hal pertama yang pernah terjadi dalam dunia penulisan di Indonesia dimana sebuah kamus lengkap serupa Ensiklopedia tentang kebudayaan dan adat istiadat lengkap di Indonesia, dikerjakan oleh begitu banyak penulis dan semuanya kebanyakan adalah ibu rumah tangga.
Kegiatan umum GRUP IIDN selain mengadakan pelatihan-pelatihan kepenulisan untuk umum dan anggota, kami juga mengadakan event-event seperti misalnya :
1. Mengikuti event-event bazaar, selain untuk mensosialisasikan komunitas kami, juga untuk menjual buku-buku hasil karya anggota Grup IIDN.
2. Kopdar (Kopi Darat) pertemuan tidak rutin antar anggota IIDN baik yang ada dalam wilayah yang sama ataupun secara nasional.
3. Mengadakan baksos dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat. Seperti misalnya pada bulan Ramadhan seperti ini. Insya Allah di pertengahan Ramadhan, Grup IIDN akan mengadakan bakti sosial bekerja sama dengan sponsor dan seluruh anggota IIDN di seluruh Indonesia.
Pada akhirnya, Indscript Creative selaku Perusahaan Agensi Penerbitan Naskah dengan Indari Mastuti sebagai CEO nya, yang membawahi Grup IIDN ini, mencoba mengeluarkan potensi kaum ibu rumah tangga yang selama ini selalu dianggap tak memiliki kemampuan lebih, menjadi ibu-ibu dan wanita yang produktif di mana mereka tidak hanya menghasilkan karya yang dapat dibaca orang banyak, melainkan juga dapat menghasilkan materi yang akan membantu perekonomian keluarga.
Marketing Communication
Lygia Nostalina, SH


PROFIL PENDIRI GRUP IBU-IBU DOYAN NULIS
Indari Mastuti, lahir di Bandung, Jawa-Barat, 09 Juli 1980. Berdomisili di Jl. PLN Dalam I No.1/203D,Moh Toha, Bandung. Rumah yang juga sekaligus menjadi pusat aktifitas IIDN ini semakin memantapkan eksistensinya sebagai Ibu Rumah Tangga yang doyan bisnis . Memiliki pengalaman kerja mulai dari Jurnalis Tabloid Indonesia-Indonesia, Marketing, hingga akhirnya menjadi Direktur Pemasaran dan Redaksi Indscript Creative. Pengalaman menulis sejak tahun 1996 sebagai penulis artikel dan koresponden di berbagai media, dan kini menjadi mentor pelatihan penulisan di berbagai tempat. Telah menelurkan lebih dari 60 judul buku.

Profil Usaha
Indscript Creative didirikan karena keinginan dari calon Ibu yang ingin total bekerja di rumah. Meninggalkan hiruk-pikuk dunia karir demi mengurus keluarga. Berpikir untuk mencari bisnis apa yang bisa dikerjakan di rumah dan sesuai dengan minat yang dimiliki. Kebetulan hobi dan minat menulis mendorongnya untuk menjadikan profesi menulis menjadi sumber penghasilan.
Seiring berjalannya waktu, Indscript Creative pun terus berkembang. Indscript Creative mulai dibangun pada akhir tahun 2007. Ketika pertama kalinya didirikan, fokus pasar Indscript Creative adalah bidang penerbitan. Indscript Creative memposisikan diri sebagai agensi naskah, yaitu menjadi mediator antara penulis dengan penerbit, antara penerbit dengan penulis. Indscript Creative mengemas naskah supaya lebih cantik dan bernilai jual.
Kini, Indscript Creative memiliki 30 klien penerbit, 4 klien korporat, dan 2 klien Institusi pendidikan. Memiliki kerjasama dengan lebih dari 214 penulis aktif, 5 studio gambar, dan telah menetaskan lebih 400 judul buku di pasar bebas.

Pendapat Para Penulis Indscript Creative

Indscript Creative membuat saya bersemangat menulis. Buku solo saya yang pertama terbit setelah bergabung dengan mereka. Pelatihan-pelatihan yang saya ikuti membuka wawasan saya mengenai kepenulisan. Saya juga belajar menulis skenario dari pelatihan tersebut. Indscript Creative memang hebat! Saya takkan ingin berhenti menulis karenanya.
(Fitha Chakra, Penulis Buku Anak, Depok)


Indari membuat saya tergerak menekuni dunia menulis secara serius. Meskipun ada sedikit keraguan untuk memulai ketika itu, tapi ia tak henti menyemangati saya. Sejak saat itu naskah demi naskah terus berdatangan. Ide dan inspirasi menulis makin hari makin mengalir deras seiring kualitas tulisan yang bertambah baik. Terima kasih banyak kuucapkan untuk adikku yang hebat ini. Semangat, tekad, ketekunan, dan kerja kerasnya menjadi inspirasi bagi saya dan banyak orang. Be inspired, stay positive.
(Astri Novia, Penulis Buku Populer, Bandung)

Pertama kali saya tahu Indscript Creative karena dikenalkan oleh teman. Setelah gabung, saya langsung merasa nyaman. Indari, owner-nya, ramah dan friendly. Dalam waktu singkat, saya dan Iin menjadi akrab seperti sudah lama kenal. Lalu, yang paling penting adalah bahwa bergabung bersama Indscript jadi sering diorder untuk membuat naskah.
(Nunik Utami, Penulis Buku Anak, Jakarta)


Bagi saya, indscript itu sahabat sejati yang membantu banget. Saya nggak perlu capek2 mikirin penerbit, nentuin tema, bikin perjanjian dan urusan tetek bengek lainnya. Saya cukup fokus nulis saja, lainnya...serakan pada ahlinya :) (whoaaaa....iklan banget ya :)
(Firmanawaty Sutan, Penulis Buku Sains dan Life Skill, Jakarta)

Indscript sangat membantu saya dalam mengembangkan potensi dan kemampuan dalam menulis. Dengan bantuan dan profesionalisme Indscript, saya menjadi sangat terbantu dalam menerbitkan buku dengan kualitas terbaik. Selain itu, Indscript sangat membantu saya dalam meningkatkan angka kredit jabatan peneliti :D. Sukses selalu buat tim Indcript.
(Hanif Fakhrurroja, Penulis IT dan Bisnis, Bandung)

Dulu, aku sering kebingungan untuk nyalurin ide-ide tulisan yang udah numpuk di file dan di kepala. Mau langsung ke penerbit ga pede. Tapi setelah ada Indscript, ga gitu lagi. Jelas, kini semua ide bisa dicairkan menjadi penghasilan yang tidak sedikit. Apalagi untuk ukuran ibu-ibu pengangguran macam aku. Setiap bulan, Indscript selalu memberiku penghasilan. Jadi makin ogah deh kerja kantoran lagi. Yuk berkarya di rumah via Indscript :p
(Nia Haryanto, Penulis Sains dan Kesehatan, Bandung)

Liputan Tabloid Nova dimuat edisi 29 Agustus - 4 September 2011

Resensi Buku: SANG NOVELIS (Bobby Hardika)

Judul : SANG NOVELIS
Penulis : BOBBY HARDIKA
Cetakan : I, tahun 2010
Penerbit : PUSTAKA RAMA, Yogyakarta
Tebal : 228 halaman
Harga : Rp.29.000,00
Harga On Line : Rp.24.650,00
Ini adalah buku pertama karya Bobby Hardika yang juga penulis buku “Anak kos lebay”. Buku ini mengisahkan perjalanan Jhody, seorang penulis novel humor terkenal menjadi seorang penulis novel romantis. Tawaran ini diberikan oleh editor sekaligus bosnya,Pak Toni. Perjalanan Jhody ini diwarnai hubungan asmaranya dengan Sasya, sosok yang penuh kelembutan, perhatian, juga penyayang. Pertemuan dengan sang mantan pacar di kota Yogyakarta yang khas dilukiskan dengan bumbu canda dalam kisah ini.
Jhody sebenarnya berasal dari golongan orang berada, tetapi dia lebih memilih untuk tinggal di tempat kost yang sederhana. Tetangga kostnya tidak banyak mengetahui hal ini. Konflik antara ayah Jhody membuat diri Jhody semakin tidak ingin berlama-lama berada di rumahnya sendiri.
Kegiatan Roadshow satu bulan yang dijadwalkan Pak Toni, sang editor, membuat Jhody kewalahan. Dia harus berpacu dengan waktu diantara padatnya Roadshow ke beberapa kota besar dan kegiatan perkuliahannya. Semua itu dijalani Jhody dengan baik walau pada awalnya dia sempat terlibat adu mulut dengan sang editor. Permasalahan pribadi Jhody dengan Randi dan Simon, di kampus menjadi sebuah hal yang mengganggu pikiran kedua sahabat Jhody (Tommy dan Ricky) yang selalu setia mendampinginya.
Menjelang waktu deadline tiba, kejadian tragis dan misterius menimpa Jhody. Anggota keluarga,sahabat dan Sasya sangat terpukul karenanya. Apakah Jhody dapat menjadi novelis kisah romantis setelah kejadian itu? Apakah Sasya dapat menerima novel romantis itu sebagai bukti cinta dari Jhody? Apakah ayahnya dapat berdamai dengan Jhody? Telusuri dan nikmati saja kisahnya dalam buku ini.
Sebagai pembaca kedua buah buku karya Bobby, saya tidak hanya melihat sisi Bobby Hardika yang sensitif dan romantis di “Sang Novelis”, juga sisi humorisnya dia tampilkan dalam beberapa dialog antara Jhody dan kedua sahabatnya. Buku ini memiliki nilai plus di bagian cover dan di dalamnya terdapat sebuah pembatas buku kecil yang bergambar sama persis dengan covernya. Tetapi tidak dengan tinta yang tercetak di setiap lembaran bukunya. Ada pula beberapa halaman yang tampilan paragrafnya tercetak miring dan tidak simetris.

Beta Kun Natapradja

Resensi Buku: Ada Apa Dengan Tampang (Indari Mastuti)

Ada Apa dengan Tampang merupakan buku ketiga dari serial Agatha. Buku bergenre remaja yang sarat humor dan bahasa gaul. Sebagaimana cerita teenlit lainnya, serial ini menyuguhkan alur yang segar dan sangat menghibur. Disini, pembaca tak perlu mengerutkan kening tapi justru pembaca akan tercengang dan larut dalam derai tawa.

Bagi saya, membaca Agatha sama seperti nyemil kripik singkong yang gurih, renyah dan enak. Pelan-pelan saya makan tanpa perlu terburu-buru saya habiskan. Dan sebagaimana kita ketahui, singkong sarat dengan karbohidrat. Karbohidrat yang akan memberi energi lebih bagi aktivitas kita sehari-hari. Nah, demikian juga dengan buku ini, meski ringan ia mengandung gizi yang sangat berguna bagi sel-sel otak kita. Sebuah energi pencerah yang akan mebuat kita tahu dan mengerti betapa sesuatu yang terlihat sepele ternyata memiliki makna dan pesan yang sarat dan dalam. Sungguh mengesankan!

Ada Apa dengan Tampang sangat cocok dijadikan sebagai judul buku karena hampir seluruh bab yang ada bertema ada apa dengan tampang. Sebuah pertanyaan yang sangat ringan tapi ironis. Sebagaimana kita ketahui, dalam planet remaja terkadang tampang dijadikan barometer dalam pergaulan. Misalnya, tampang keren berarti baik dan tampang jelek berarti buruk. Sebuah pemikiran instan yang menjerumuskan. Hingga tak aneh jika dalam planet remaja ada sistem pengelompokan (baca: grup-grupan). Ada grup anak tajir, anak cantik, anak pinter, dan lain sebagainya. Nah, disinilah kelebihan dari buku ini. Buku ini hadir dan menyuguhkan grup alternatif yang bernama grup imut-imut tapi amit-amit.

Grup imut-imut tapi amit-amit terdiri dari empat personil yakni Agatha, Vera, Pepi dan Tery. Keempatnya mepunyai karakter yang unik dan menarik. Yang pasti, tidak berdasarkan kepintaran, kecantikan, apalagi kekayaan, tapi berdasarkan rasa persahabatan yang kental. Dalam grup ini, ada Agatha yang pintar dan jago menang dalam hampir setiap kejuaraan, ada pepy yang tajir dan bermobil, ada Tery yang cantik dan langsing, dan ada Vera yang hobi selingkuh alias playgirl. Sebuah grup yang komplit.

Dalam bab pertama diceritakan Vera naksir cowok yang tak lain adalah tetangga barunya. Cowok ini tampan dan memikat, tapi sayang angkuh. Setiap kali Vera melemparkan senyum selalu saja dikacangin. Karena gerah, ia ceritakan hal ini pada ketiga teman imut tapi amit-amitnya. Rasa penasaran membuat ketiganya melakukan investigasi. Ketiganya pergi ke rumah Vera. Dan ternyata apa yang terjadi? Ternyata cowok itu buta.

Dalam bab ketiga dikisahkan kendaraan Tery mogok. Hal ini membuatnya terpaksa naik angkot untuk pergi ke sekolah. Pengalaman naik angkot jarang sekali ia alami. Otomatis ada rasa gerah dan canggung menyelimutinya. Rasa takut yang berlebihan membuat ia menjustifikasi teman seperjalanannya. Ia berkesimpulan lelaki asing di sebelahnya adalah copet, hanya semata karena tampang lelaki itu jelek, kumuh dan berjerawat. Walhasil, sepanjang perjalanan ia memasang muka antipati meskipun lelaki itu bersikap sangat ramah dan sopan terhadapnya. Turun dari angkot, Tery histeris. Dompetnya hilang. Kontan saja, ia menuduh lelaki asing itulah yang mengambilnya. Namun, apa yang terjadi kemudian? Justru, lelaki itulah yang dengan susah payah mengembalikan dompet Tery yang terjatuh sewaktu hendak turun dari mobil angkot dalam keadaan utuh. Rasa bersalah menguasai hati Tery.

Dalam bab kesebelas dituturkan Agatha mendapat serangan teror. Teror ini dilakukan by phone. Jelas Agatha kebingungan plus kelimpungan. Bagaimana tidak, cewek dalam telpon itu mengatainya gendut, jelek, dan goblok. Benar sih, tubuh Agatha agak melar, tapi Agatha pintar kok. Lagipula, Agatha merasa tak pernah bikin masalah dengan sesiapapun. Agatha berusaha selalu baik dengan semua orang. Lalu bagaimana teror itu bisa muncul? Jawabannya masih tak jauh-jauh dengan urusan tampang. Pelakunya adalah seorang gadis super cantik dan super langsing yang merasa terganggu dan cemburu atas kedekatan Agatha dengan Dio si cowok idola. Cewek itu beropini, Agatha yang secara fisik jauh dibawahnya itu tak pantas berdekatan atau pacaran dengan Dio. Dia merasa dialah yang pantas karena secara fisik ia sempurna. Agatha menjadi kesal plus kasihan sesudahnya dan berkata: gue nggak sudi harus berantem gara-gara cowok. Sana ambil tuh, kalo Dio mau sama elu!. Agathapun berlalu.

Masih banyak lagi sketsa-sketsa makna yang terkandung dalam tiap bab buku ini. Dan tetap tak jauh-jauh dari urusan tampang. Seolah-olah buku ini hendak berkata dont judge the book from the cover!


Malang, 18 Juni 2011

Kunthi Hastorini

Gendut, Siapa Takut?

Judul : Gendut, Siapa Takut?
Penulis : Indari Mastuti
Editor : A. Ariobimo Nusantara
Asisten Editor : Mira Rainayati
Penata Isi : Suwarto
Isi : 104 Hal, 13 x 19,5 cm
Penerbit : PT. Grasindo, Jakarta, 2005

Resensi:

“Mama!” Teriak Agatha keras, tergopoh-gopoh Mama keluar dari kamar begitu pula Ega yang sedang mandi dengan hanya memakai seutas handuk menghampiri Agatha.
“Ada apa, ada apa?” tanya Mama dan Ega berbarengan.
“Aduh Ma, ini gawat! Agatha naik 4 kilo. Oh, tidak!” Teriak Agatha setengah histeris. Ega langsung berjingkrak-jingkrak senang, sedangkan Mama setengah mengiba.
“Ah sayang, sampai separah itukah?” Ujar Ega sedikit melecehkan. Agatha geram, lalu dibantingnya timbangan… brak…
Sekelumit dialog dari salah satu kumpulan cerita pendek buku “Gendut, Siapa Takut?” ini rasanya hampir semua orang merasakan. Terutama para remaja yang mulai memperhatikan penampilannya sebagai modal utama untuk gaul.
Agatha sebagai tokoh utama dari setiap judul menyajikan kisah-kisah pendek dan menarik ketika dia harus berhadapan dengan berbagai kasus. Saat Agatha berhadapan dengan perusak tanaman kesayangannya dijudul ayam tetangga betapa kesal dan kacau pikirannya. Sampai proses menyelidik dan mencari solusinya. Lalu ketika Agatha mendapatkan teman baru bernama Cersy yang cantik setengah mati, membuat banyak teman-temannya menyukainya dan membuat hatinya iri. Sehingga muncul sikap memusuhi pada Cersy dengan tujuan agar dia bisa keluar dari sekolahnya.

Kegokilan Agatha yang ceria, spontan dan jail makin terasa setelah menjelajah dari satu cerita menuju cerita yang lain. Khas anak remaja dalam melewati persoalan hari-harinya dengan Ega sang Kakak yang demen becanda, dan geng “imut-imut tapi amit-amit” sebagai juru supporter saat Agatha berhadapan dengan masalah-masalahnya. Ini menarik untuk dibaca oleh remaja juga orang tua, karena cerita-ceritanya riang, ringan, mengelitik.

Ima Emaknya Alif

“Anak kos lebay”

Judul : “Anak kos lebay”
Penulis : Bobby Hardika
Penerbit : Pustaka Rama
Cetakan : Tahun 2011
Tebal : 222 halaman
Harga Normal: Rp. 29.000,00
Harga On line: Rp. 24.650,00

Buku ini cukup menghibur dan informatif untuk kalangan anak muda, khususnya mahasiswa yang kos. Cukup banyak mahasiswa luar daerah yang ngekos di Bandung, untuk kepentingan studi di perguruan tinggi yang memang mereka pilih dan berhasil lulus dari penyeleksian. Salah satunya adalah Bobby Hardika, sang penulis buku “Anak kos lebay”. Isi buku ini menceritakan berbagai pengalaman sang penulis dan dua orang temannya (Viktor dan Deni) yang asli dari kota Medan, saat kos di Bandung di tahun pertama kuliahnya.
Mulai dari sekelumit tentang Bobby dan cerita kedatangannya di kota Bandung, halaman pertama, ‘Nyasar di Bandung’. Di awali dengan ketidakpercayaan Bobby bahwa dia ternyata diterima di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Orangtuanya tak terlalu khawatir melepas keberangkatannya ke Bandung. Padahal Bobby ingin sedikit ada moment dramatis kala orangtuanya melepas pergi anak laki-lakinya ke kota lain yang berbeda pulau. Akhirnya Bobby ditemani sang Ayah hingga sampai ke daerah Bandung Selatan, tentu saja perjalanan dimulai dengan naik pesawat terbang dari Medan menuju di Jakarta terlebih dahulu. Sesampainya di Jakarta, mereka menggunakan jasa travel menuju Bandung. Di tengah perjalanan, Ayah Bobby minta berhenti karena perut sudah keroncongan dan memutuskan untuk mencari tempat makan. Setelah makan, mereka bingung memilih sarana apa yang bisa dinaiki untuk melanjutkan perjalanan ke tempat yang mereka tuju. Karena di daerah tempat mereka berhenti banyak sekali delman, berwisatalah mereka dengan delman hingga sampai di Bale Endah.
Ayah Bobby kembali ke Medan setelah segala urusan pendaftaran kuliah selesai, dan Petualangan Anak Kos Lebay dimulai. Ayah Bobby sangat menekankan Bobby untuk serius kuliah, dan harus menunda pacaran. Ekspresi Bobby mendengar nasehat beliau yang Bobby tuangkan dalam kata-kata secara berlebihan alias lebay di buku ini, sesuai dengan judul bukunya. Gaya lebay khas anak alay. Petualangan dimulai saat awal ospek di kampus bersama Viktor dan Deni, teman sekosnya. Ospek dengan segala lika-liku tugas-tugas yang aneh, juga peraturan-peraturan dari senior yang banyak dikeluhkan Bobby dan teman-temannya. Bumbu obrolan lucu mengundang tawa mulai menghiasi halaman buku ini. Di sela-sela lelahnya ospek, Bobby dipertemukan dengan seorang calon mahasiswi bernama Diana. Ini merupakan hawa segar baginya. Apakah Bobby akhirnya berpacaran dengannya? Silahkan baca saja kisahnya.
‘Capeknya ospek’ ada di halaman berikutnya, kemudian akibat dijemur di bawah sinar matahari, kulit Bobby dan Deni menghitam seperti ‘Kulit hitam ala Nigeria’. Di halaman buku yang membahas tentang perubahan signifikan kulit mereka itu, diceritakan pula bagaimana Bobby dan melakukan ritual rutin untuk mengembalikan kecantikan kulit mereka seperti sedia kala. Viktor dapat dengan sepuasnya mengejek mereka, karena Viktor memang sudah dari orok begitu hitam warna kulitnya. Setelah membahas warna kulit, cerita beralih ke ‘Makanan Ala Kostan’. Mulai dari ikan lele, ayam bakar Kemarsam yang dimasak sendiri oleh mereka bertiga dengan kepala koki Deni, nasi goreng yang lewat depan kostan mereka.
Tiga bulan berjalan, perubahan fisik Bobby tampak banyak perubahan. Perutnya membuncit padahal waktu pertama kali datang di Bandung, tubuhnya kurus. Mungkin pengaruh dari makanan di Bandung yang nikmat nan murah. Saat liburan kuliah tiba, Bobby terpaksa harus berlebaran di Jakarta, di tempat tinggal Om nya karena sang Ayah melarangnya pulang ke Medan. Untuk pertama kalinya Bobby berlebaran di Jakarta. Semua hal yang dialaminya di sana ada di ‘Lebaran di Jakarta’. Bobby sesungguhnya ingin sekali merasakan keharuan lebaran saat bermaaf-maafan terucap. Tetapi saat sang Ibu meneleponnya dari Medan, yang ada hanya Ibu yang kangen pada ibunya (nenek Bobby). Mereka mengobrol lama di telepon, Bobby tak terlalu dikangeni. Dua minggu Bobby di Jakarta, dan setelah itu memutuskan kembali ke Bandung. Dalam hatinya bertekad untuk mengecilkan bagian perut dan berharap bisa berbentuk six pack.
Keinginan untuk kurus lagi disambut baik oleh Viktor dan Deni. Mereka memutuskan untuk segera membeli sebuah barbel. Tak berpikir lama, mereka bertiga menuju BIP (salah satu mal besar di Bandung) menggunakan angkot. Sesampai di sana, Viktor dan Deni langsung mencari barbel, sementara Bobby terdampar di toko buku dan melihat-lihat komik. Diselingi canda sambil memilih barbel, akhirnya mereka jadi membeli. Setelah pencarian barbel selesai, mereka pulang ke kostan dengan taksi. Obrolan dengan supir taksi mengundang kegelian, karena di halaman ini diberi judul ‘Taksi SARITEM’. Sekedar informasi, SARITEM adalah salah satu tempat/kompleks prostitusi terkenal di Bandung, mirip Dolly yang ada di Surabaya.
‘Program kurus dan Six Pack’ dimulai Bobby dan Deni. Apakah berhasil atau tidak? Yang jelas ada hal-hal yang membuat Bobby tersiksa dan menjadi bahan ejekan teman kostnya. Kembali ke seorang mahasiswi yang ditemui Bobby saat ospek, Diana. Ternyata Bobby tak bisa mendapatkan hatinya. Semuanya dicurahkan dengan nada kocak di ‘Gue dan Diana berakhir’, hingga tetap terngiang apa kata-kata Ayah Bobby di awal hari Bobby tiba di Bandung.
Menjelang pergantian tahun, Bobby menjalani UTS (Ujian Tidak Serius) yang sebelumnya dibebani dengan ‘Jadwal tambahan yang menyiksa’. Saat pergantian tahun 2008 menuju 2009 tiba, mereka mengikuti ‘Pesta Tahun Baru’ di Gasibu (sebuah lapangan dekat gedung Sate Bandung). Seperti biasa kemacetan menjadi sebuah hal biasa saat mereka yang merayakan tahun baru tumplek di jalan utama. Bobby dan kedua temannya terjebak di lapangan Tegal Lega sebelum sampai di Gasibu.
Bobby mulai merasakan sulitnya berbahasa Sunda, mengingat dia asli Medan. Kalaupun diuji coba berkata sepatah atau tiga patah kata, tetap saja logat Medan yang terdengar. Semuanya Bobby ceritakan di ‘Sulitnya berbahasa Sunda’. Anda akan dibuat tertawa dengan bahasan antara kata “teuing” dan “ikan teri”. Tidak ada hubungannya, tapi coba cerna dengan indah di halaman ini.
Bobby merasakan sebuah kejenuhan mengikuti perkuliahan di kampusnya. Dalam penggalan ‘Kuliah menjenuhkan’, Bobby pun menceritakan bahwa dia akan mendapat liburan UAS (Ujian Agak Serius) selama dua minggu. Tanpa disangka, Ayahnya mengijinkannya untuk pulang ke Medan. Seluruh biaya akomodasi keberangkatannya seperti biasa, Ayahnya yang atur. Begitu pun setiap bulannya untuk keperluan sehari-hari Bobby. Ayahnya rutin mengirimi uang. Saat UAS telah dekat, ‘Mati lampu’ membuat mood Bobby dan temannya terganggu. Bobby menemukan fakta, ternyata saat mati lampu, suasana Bandung dengan Medan tak ada bedanya. Di halaman ini, Bobby membandingkan kejadian yang dialaminya saat mati lampu seperti di Medan. Beres dengan urusan UAS, mereka bertiga bersiap pulang kampung. Mengepak semua barang bawaan dan pesanan oleh-oleh Bandung untuk keluarga di sana. Berangkatlah mereka dengan pesawat terbang. Diselingi perbincangan dan jahilnya mereka menggoda resepsionis bandara. Akhirnya sampailah Bobby di Medan, dan sang Ayah terheran-heran melihat bentuk tubuh Bobby yang menjadi melar. Bobby menyalahkan kota Bandung tentang kegendutannya. Bobby sangat menikmati liburan di Medan walau matinya lampu juga dia temui di sana, bahkan rutin.
Diana tinggal kenangan, tapi Bobby memang beruntung bisa berkenalan dengan seseorang yang asing di bis yang dia naiki. ‘Siapakah Nadia?’ ini menceritakan kejadian perkenalan Bobby dengan penumpang yang duduk di sebelahnya. Nadia pun bersandar tanpa sadar di pundak Bobby, hingga membuat Bobby terlena namun tetap sigap. Siapa sangka dia menyamar menjadi gadis manis anak Siantar padahal mungkin seorang penipu. Prasangka buruk bobby tak terbukti. Nadia turun lebih dulu daripada Bobby dan dompetnya aman.
‘Danau Toba, Awesome!’ menceritakan segala yang Bobby lihat sesampainya dia di Balige. Dia berkunjung ke tempat tinggal Ayahnya. Ibu dan Ayah Bobby tinggal terpisah. Bobby pun hanya sebentar berada di Medan hingga tiba ‘waktunya berpisah’ dengan kampung halaman. Bobby kembali menuju Bandung. Bobby kembali mengikuti perkuliahan dan cerita Bobby menjadi mak comlang untuk Mia teman sekelasnya dengan Joko, ada di halaman ‘Hari pertama semester dua’.
Musim penghujan mewarnai cerita di buku ini. Semuanya hadir di halaman yang berjudul ‘Kontrakan atau Kebun binatang’. Banjir, laron-laron,lintah, siput dan kodok menjadi hal yang dramatis saat hujan turun. Mereka menghajar seluruh “pendatang” kostan dengan candaan kejam. Kemudian ‘Curhatan Tukang Nasi Goreng’ pun dihadirkan di buku ini. Tukang nasi goreng menggunakan modus curhat bahwa istrinya sakit agar Bobby memberikan dengan rela uang kembalian yang menjadi uang terakhir yang dimiliki Bobby kala itu. Bobby pun mencurigai setiap curahan hatinya itu hanya fiktif belaka. Hal ini terbukti saat Bobby membeli nasi gorengnya dan si tukang nasi goreng selalu curhat tentang istrinya. Ini dan itu. Bobby mengaitkannya dengan sebuah kebohongan. Bobby mencontohkan jika kebohongan si tukang nasi goreng dibuat menjadi sebuah buku, dan buku itu laku keras, maka dia akan terkenal. Tidak akan jadi tukang nasi goreng lagi, lain hal dengan Bobby yang masih tetap berstatus mahasiswa.
Jarak satu bulan sejak Bobby meninggalkan kota Medan, dia mulai merasakan homesick karena mendengar Deni yang sering ditelepon ibunya, juga Viktor yang sering ditelepon pacarnya. Bobby menyesalkan orangtuanya tak pernah berlama-lama bicara di telepon. Namun kala itu, telepon dari ibunya membuat Bobby sedikit mengeluarkan airmata. Terlihat jelas bagaimana sebenarnya Bobby yang sebenarnya berperasaan dan tetap lebay. Terjadi perdebatan aneh saat temannya melihat sesuatu membasahi matanya. Bobby merasa berbagai masalah selalu menghampirinya. Diantarnya, sang Ayah yang telat mengirim uang, kabar dari adiknya di Medan bahwa orangtuany sering bertengkar. Adiknya memutuskan kabur, tepatnya kesasar entah kemana. Diantara konflik, ulah adiknya menjadi bumbu canda yang menghibur. Masalah dapat Bobby atasi dan dia bersenang-senang di Dufan bersama teman-teman kuliahnya. Di bagian akhir buku ini diceritakan bahwa Bobby batal pulang ke kampung halaman karena harus mengikuti Semester Pendek, senasib dengan Deni. Berbeda dengan Viktor yang sangat menikmati liburannya. Buku ini sangat ringan dan menghibur. Tidak menutup kemungkinan akan hadir Anak kost lebay session II sebagai kelanjutan kisah Bobby.

Selamat membaca dan semoga terhibur.

Beta Kun Natapradja

Tito dan Omelannya

Judul buku : Tito dan Omelannya
Penulis : Fita Chakra
Cetakan : I, April 2010
Penerbit : Pustaka Oasis
Tebal : 24 hal

Pagi ini hujan turun lebat. Tito mengeluh. Seragam sekolahnya jadi basah dan sepatunya belepotan lumpur. Di sekolah, ketika waktu istirahat tiba, Tito mengeluh lagi. Kata Tito, bekal yang dibawakan Ibu tidak enak. Siangnya, pas matahari bersinar terik, lagi-lagi Tito mengeluh.

Tito terheran-heran dengan temannya, Lintang. Lintang menyikapi semua hal tadi dengan cara berbeda. Pantas Lintang selalu tersenyum ceria. Sore hari, Tito kembali bertemu Lintang. Lintang terlihat lelah dan kotor. Wah, ternyata Lintang baru saja selesai membantu ibunya berjualan es. Apakah Lintang mengeluh? Bagaimana cara Lintang menyikapi semua keadaan hingga ia selalu bisa tersenyum ceria?

Buku berilustrasi cantik dan penuh warna ini membawa pesan agar kita pandai bersyukur. Di sisi lain, kita juga diajak berkenalan dengan ilmu keuangan Islam secara sederhana. Membacanya sangatlah menyenangkan karena kisahnya menarik, kalimat-kalimatnya mudah dimengerti. Ada pula selipan doa dan ayat Al Quran sebagai pendukung hikmah cerita. Kemasan hard cover pastinya menjadikan buku ini lebih tahan lama.*** Haya Aliya Zaki

80 Bisnis Sampingan Modal < 5 Juta

☻ Judul Buku: 80 Bisnis Sampingan Modal < 5 Juta
☻Penulis: Astri Novia & Natar Adri
☻Penerbit: Penebar Plus (Penebar Swadaya Grup)
☻Cetakan: I,Jakarta 2011
☻ Tebal: 262 Halaman
☻Harga: Rp 39.000



Kebutuhan yang terus meningkat sedangkan penghasilan sebagai karyawan hanya pas-pasan memaksa kita untuk mencari penghasilan tambahan. Istilah “besar pasak daripada tiang!” sudah menjadi hal yang lumrah bagi mereka yang tidak pandai-pandai mengelola keuangan dan bagi mereka yang tidak jeli melihat peluang disekitar untuk dijadikan sebagai tambahan income.
Sebagai karyawan yang selalu disibukkan dengan aktivitas kantor dapat menambah penghasilan dengan cara memiliki bisnis sampingan. Dalam buku ini dijelaskan bahwa bisnis sampingan adalah memulai bisnis baru dengan modal seminim mungkin tetapi berpeluang mendapatkan keuntungan yang cukup menjanjikan.
Pada bab pertama buku ini dimulai dengan bahasan “tak perlu bingung memulai bisnis”. Tentu saja untuk memulai bisnis sampingan harus memperhatikan beberapa hal diantaranya kita harus mengembangkan kreativitas sehingga bisnis kita memiliki keunikan dibandingkan bisnis serupa yang sudah ada. Kesiapan modal kadang menjadi kendala dalam memulai bisnis. Dalam buku ini diberikan tip bagaimana mengelola gaji menjadi modal bisnis. Menilik hobi yang diminati sangatlah penting. Akan lebih baik jika kita memang memiliki minat dibidang yang akan kita jalankan sehingga dari hobi menjadi hoki.
Pasar itu kejam dan dunia bisnis penuh kompetisi dan kejutan. Berbagai kesulitan akan bermunculan. Namun kita perlu menggali terus potensi diri dan diperlukan ide kreatif agar menjadi inovasi yang diminati pasar contohnya; bila kita ingin berjualan pisang goreng, lakukan dengan menambah perbedaan. Apabila pisang goreng dengan balutan tepung itu sudah biasa, tidak ada salahnya membuat pisang goreng dengan berbagai topping yang lebih menarik disertai penamaan produk yang lebih in misalnya Pisang Goreng Kriuk .
Kesiapan mental harus menjadi faktor yang harus diperhatikan. Siap gagal? Apakah kita memiliki daya resistensi terhadap stress? Semuanya harus terus dihadapi sambil terus mencoba dan bekerja keras sehingga kita bisa menjadi manusia yang “say no to surrender”.
Buku ini dilengkapi dengan tips dan info berbisnis seperti tips bagaimana mengasah kreatifitas dan tip mengelola gaji menjadi modal bisnis walaupun didalamnya terdapat point ‘sedekah’ yang statementnya benar namun kurang relevan dalam konteks yang dimaksud. Terdapat juga ejaan yang masih salah.
Pada bab akhir buku ini terdapat kisah inspirasi sukses bagaimana mereka yang telah sukses dengan omzet 18 juta hingga 32 juta per bulannya. Contohnya, siapa yang tidak mengenal wingko babat ? Bisnis yang telah digeluti Chandra sejak tahun 1993 dengan modal yang sangat minim yaitu hanya 20 ribu dan akhirnya sukses dengan omzet 500 ribu per hari dengan strategi bisnis yang dijalankannya.
Buku ini penting untuk dimiliki bagi mereka yang ingin menjalankan bisnis sampingan. Buku yang berisi 80 pilihan bisnis sampingan dengan modal kurang dari 5 juta disertai peluang, langkah memulai, hambatan, strategi dan tips bisnis lengkap dengan perhitungan analisis usaha.
Jadi, tingal pilih apakah anda mau memilih bisnis bros cantik dengan keuntungan 1 jutaan, bisnis lolychoco dengan keuntungan 2 jutaan atau bisnis blog/website dengan keuntungan 3 jutaan, atau bisnis sampingan lainnya? Tinggal pilih dan siapkah anda memulai berbisnis sampingan ? (Sri Marini)

Resensi LUCKY BACKPACKER

Judul Buku : Lucky Backpaker
Penulis Astri Novia
Cetakan : Cetakan I, Januari 2011
Penerbit : Imania, Depok
Ukuran/Hal : 13 x 20,5 cm/320 hal
Harga : Rp.

Resensi:

Saat membuka plastik pengaman buku rasanya senang sekali, lembaran isi jenis kertas buram membuat berat buku ini enteng di tangan. Selain itu karena warna dasar lembaran redup matapun terasa lebih adem. Dulu beres kuliah awal tahun 2000-an impian saya satu, ingin keluar Bandung dengan melakukan perjalanan menikmati beragam kota seorang diri. Tapi impian itu tidak pernah diwujudkan karena beberapa hal. Lalu kemudian harus merasa cukup beruntung bisa merkunjung ke beberapa kota di Jawa karena terlibat pertunjukan kelompok teater. Kini melakukan perjalanan (travel) dengan modal minim menjadi tren, namanya Backpaker. Traveler mengandalkan biaya minim dan perlengkapan seperlunya namun bisa menikmati perjalanan yang maksimal. Kini beberapa pengalaman para backpaker yang dibukukan, panduan perjalanan dan peta kota menjamur dimana-mana. Cara ini menambah minat para pecinta travel sebagai gaya hidup yang menyenangkan. “Work Hard Play Hard”, begitu kata Andre Beau seorang teman yang dikunjungi dan sekaligus jadi guide dadakan Novia Savitri di Paris.

Rasanya tepat sekali memutuskan judul buku ini “Lucky Backpaker”, karena Novia sangat beruntung memiliki banyak teman di belahan Negara Eropa yang mendukung proses perjalananya lebih menarik. Ketika berencana datang ke berbagai Negara Eropa, dia sudah menghubungi teman-teman di Negara tersebut sebagai tempat berkunjung dan menginap. Alhasil melalui kehangatan teman-teman inilah Novia dapat ditemani diperkenalkan setiap sisi kota, baik makanan, tradisi, nonton festival musik, bangunan tua, sistem fasilitas publik yang nyaman dan beragam lainnya yang menarik untuk dinikmati. Persahabatan antar Negara memperluas sudut pandang hidup kita pada hidup yang beragam. Seperti saat bertemu dengan pasangan Cloe dan Gabriel dimana mereka merasa kikuk pada Novia sebagai orang timur dan muslim karena harus melihat mereka tinggal bersama. Novia mengatakan bahwa perbedaan tidak menghalangi pertemanan, kita ambil yang baiknya saja untuk bisa berjalan berdampingan. .

Isi cerita dituturkan dengan nyaman melalui bahasa dialog dan kita mampu merekam kehangatannya. Setiap paragraph dari isi buku ini banyak informasi, pencerahan dan energi yang ditawarkan. Perjalanan selalu membuka jendela dunia, pertemuan dengan beragam situasi yang baru selalu membuat kita belajar dan mempelajari banyak hal. Bahkan saya cukup sering membaca ulang ke beberapa lembar halaman ke depan agar dipastikan informasi dari cerita tidak ada yang terlewat. Kita sebagai pembaca seperti ikut terlibat dalam perjalanan tersebut. Kota-kota, jalanan, bangunan tua yang terawat, musium yang dikunjungi seolah terhampar didepan mata.

Travel tidak mungkin lepas dari menikmati ragam makanan khas di tempat yang kita kunjungi. Seperti halnya Novia saat menceritakan situasi Belgia yang dingin dan minuman dark chocolate menjadi satu kesatuan yang pas. Lidah terasa ikut merasakan ketika mereka meneguk minuman dark chocolate panas, begitu juga ketika melahap cannellones di Spanyol. Hal yang menarik dari setiap kunjungan, tuan rumah selalu menyiapkan masakan rumah sambil berbagi cerita. Dalam buku ini diselipkan juga oleh-oleh menarik bagi para pembaca yaitu resep makanan khas tiap daerah, bagi yang suka bereksperimen resep ini menarik untuk dicoba. What a wonderful days!

Buku ini wajib dibaca bagi pecinta travel, maupun orang-orang yang ingin mengetahui dunia luar karena memberikan banyak informasi yang menarik. Selain kita bisa mengetahui tempat-tempat yang berbeda dengan negeri kita, kitapun bisa belajar pola hidup disiplin mereka. Disiplin pada tempat naik turun penumpang, jam kerja bahkan disiplin pada jam makan dan banyak lagi. Seperti halnya keramahan dan kedekatan keluarga Lien di Belgia saat menerima Novita, gambaran situasi yang menarik meskipun berbeda dari semua sisi. Perbedaan memang menciptakan keindahan, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Ima. Bandung, 19 Juni 2011

Gudangnya Ibu-Ibu, Grup Ibu-ibu Doyan Nulis ^^

Perempuan memang diciptakan untuk bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu :)
_indari mastuti_

Hemmm....
Disela-sela jadwal penggarapan naskah yang luar biasa serta stress tingkat tinggi mengejar deadline, saya jadi pengen berbagi. Disela-sela hiruk pikuk dunia naskah yang selama 3 tahun ini saya geluti, diam-diam ada rasa syukur yang saya ingin panjatkan pada sang Pencipta diri ini.
Bersyukur...ya, sangat bersyukur!
Saya bersyukur sebab saya tidak sendirian, ada 1.707 ibu yang senantiasa menemani saya dalam komunitas yang sangat saya cintai yaitu grup IBU-IBU DOYAN NULIS. Grup yang lahir pada bulan Mei 2010 ini merupakan grup yang saya ciptakan untuk menjadi wadah para ibu untuk senantiasa produktif walau status resmi yang disandang kebanyakan adalah Ibu Rumah Tangga alias emak-emak biasa :).
Kenapa saya membangun grup ini? Tidak lain karena saya sudah merasakan asyik dan nikmatnya bekerja di rumah namun tetap produktif menulis, sehingga tanpa keluar rumahpun bisa tetap menghasilkan karya ataupun uang. Saya hanya ingin berbagi kesempatan dan cerita renyah tentang asyiknya menjadi penulis. Saya ingin semua ibu yang ada di rumah tetap berpikir maju bahwa rumah adalah tempat yang paling indah untuk melejitkan karir. Karir tetap melejit namun keluarga tetap legit ^^.
Ada suka dukanya mengurus grup tercinta ini, beberapa kali saya ditegur anggota grup karena banyaknya info yang saya kirimkan, menurut mereka itu mengganggu, lantas mereka menyarankan saya memposting informasi di wall grup. Well, maaf ya bu, bukan saya tidak mau memposting informasi di wall, tapi tidak semua ibu mengecek wall grup setiap saat sehingga bisa jadi informasi yang saya sampaikan tidak berguna karena nggak ada yang baca :). So, biasanya saya memberi pilihan pada yang protes, tetap di grup dengan inbox-inbox yang pasti akan muncul atau keluar dari grup jika itu mengganggu.
Kisah seru lainnya adalah ketika saya memposting kebutuhan penulisan, saya akan dibanjiri oleh email para ibu yang berminat dengan informasi tersebut. Bisa 30- 60an ibu yang merespon sehingga sudah dipastikan saya harus sangat ketat menyeleksi pengajuan :(.
Setelah terpilih kandidatnya dan siap melempar pekerjaan, ada juga kisah seru lainnya....ehem ehem ehem, ternyata tidak sedikit yang harus saya kejar-kejar untuk menepati deadline, bahkan beberapa diantaranya bikin saya cenut-cenut karena hampir dikirim bom ama penerbit yang merasa deadline yang kami sepakati ngaco kelas berat hahaha
Saya memahami alasan beberapa ibu yang terpilih menulis tapi tidak tepat deadline, kerapkali keluarga menjadi alasannya. Mulai dari anak yang sakit, diajak suami tugas keluar kota, dan alasan domestik lainnya....kalau udah begitu saya ‘mati gaya’ wong saya juga ibu-ibu rumah tangga biasa, jadi tahu bener hal itu J
Nggak heran dengan kisah seru itu ketika banyak bapak-bapak tanya ini, “Mbak, susah nggak sih ngelola komunitas ibu-ibu?”, saya langsung jawab, “Ternyata susaaaaah jugaaaaaa!” hihihihi
Selain kisah seru yang bikin jantung berdebar, keringat turun deras, dan kepala terasa berat, hal manisnya juga banyak loooooh.
Hal yang paling saya sukai adalah betapa mudahnya saya mendapatkan penulis pada setiap pemesanan penerbit, urusan nyari 60 penulis dalam 1 haripun bukan lagi sesuatu yang sulit. Ini saya alami pada setiap pengerjaan proyek pembuatan buku yang jumlahnya puluhan. Sekali posting informasi, lamaran jadi penulis akan membludak, oooh senangnya...
Hal yang lainnya yang tidak kalah manis adalah saya jadi memiliki segudang sahabat, sahabat yang senasib dan sepenganggungan ...halah lebay. Jujur saya, saya merasa memiliki komunitas yang gue banget, bahkan ketika saya tanya beberapa sahabat yang bergabung dalam grup, merekapun merasakan hal yang sama. So, jangan tanya hebohnya kami ketika sedang kopdar J
Apa lagi yang saya sukai dari grup ini, semua ibu SANGAT CEPAT BELAJAR! Banyak penulis pemula di grup ini, namun jangan tanya masalah produktifitasnya. Okelah di awal menulis kualitasnya tidak begitu bagus, namun seiring jam terbang (dan nggak perlu lama) segala masukan dari editor kami akan cepat dilahap para ibu sehingga mereka cepat banget jadi penulis yang cukup diandalkan..horeee!
Inilah yang membuat saya makin semangat mengelola dan mengembangkan grup ibu-ibu doyan nulis. Grup ini juga yang mengantarkan saya menjadi pemenang Perempuan Inspiratif Nova 2010 dan kantor Indscript Creative didatangi media cetak serta elektronik. Semua karena bisnis saya merupakan bisnis berasal dari seorang ibu, dikembangkan oleh ibu-ibu, dan untuk produktifitas ibu-ibu!
Semoga, Grup Ibu-ibu Doyan Nulis terus berkembang dan terus dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas karyanya. Ayo ibu-ibu, SEMANGAT PAGI! ^^

Apa kata para ibu tentang grup Ibu-ibu doyan nulis?

Wanita memang diciptakan "hobi bicara". Bahkan, menurut sebuah sumber penelitian sosial, dalam sehari sekitar 5000 kata dianggap normal untuk ibu-ibu. Namun, mengucapkan kata-kata sedemikian banyak akan lebih bermanfaat jika "curhatannya" yang berupa verbal dalam tulisan maupun ucapan mempunyai dampak yang signifikan. Alangkah baiknya jika memberdayakan "hobi bicara" ini dalam tulisan juga. Istilah sharing pengalaman dan ilmu ibu-ibu yang enggak ada sekolahnya, bisa sama disimak dan didiskusikan. Oleh karena itu, saya sangat mendukung aktivitas Ibu-Ibu Doyan Nulis.
(Angy Sonia, 30, Bandung)

Sebenarnya sudah dari dulu saya ingin bertemu dengan sebuah komunitas yang menekuni bidang tulis-menulis, tapi tidak ketemu. Kebetulan ada suggestion tentang "Ibu-ibu Doyan Nulis". Wah, dari namanya saja "Doyan nulis", saya langsung senang. Apalagi ada atribut ibu-ibunya. Jadi, klop, deh! Karena secara pribadi saya bisa merasakan apa dan bagaimana dengan dunia ibu-ibu.
Ternyata kesenangan saya tidak hanya berhenti di situ. Meskipun saya tidak merasakan langsung event-event yang diselenggarakan, namun hanya melalui up date- up date yang diterima via dunia maya, saya bisa merasakan sesuatu yang dimiliki Ibu-Ibu Doyan Nulis, tetapi tidak dimiliki oleh komunitas yang lain, yaitu "ketulusan dan ketuntasan". Hal ini terlihat dari setiap kegiatan yang berusaha seminimal mungkin membebani (biaya) para pesertanya. Kemudian, dilanjutkan dengan penyaluran atau pemberian kesempatan bagi peserta yang berpotensi untuk menyalurkan karyanya. Semangat untuk Ibu-Ibu Doyan Nulis!
(Anik, 29 th, Bali )

Grup ini membuat saya bersemangat menulis karena saya memperoleh banyak ilmu dari teman-teman sesama anggota.
(Tita, 42, Bandung)

Bergabung dengan Ibu-Ibu Doyan Nulis membuat obsesi saya (menjadi penulis) kembali mencuat (setelah cukup lama terkubur oleh berbagai rutinitas harian, bulanan, dan tahunan).
Sekarang saya mulai giat lagi membaca (saya percaya, penulis yang baik - pada umumnya - berasal dari pembaca yang baik. Saya juga mulai menerima terjemahan lagi (setelah berhasil negosiasi dengan pihak sekolah, bahwa saya hanya punya waktu 2 hari per minggu untuk sekolah, atau dengan berat hati saya akan mengundurkan diri dari Kegiatan Belajar Mengajar - KBM).
Saya mulai lagi menulis dengan melayangkan surat-surat panjang kepada sahabat lama melalui FB (via messages). Seorang sahabat lama berkomentar, “Senang sekali kembali berkomunikasi denganmu.” - dulu surat-surat saya biasa disebut "koran”.
Saya terbiasa menulis hal-hal yang menarik hati, yang sedang membebani pikiran saya, pun yang saya lihat, dengar, atau rasakan. Namun sekarang, saya pun memikirkan untuk menulis hal-hal yang berguna untuk pembaca.
Begitu terjemahan selesai, saya berniat menulis untuk kolom khusus di suatu majalah (semoga terlaksana). Nanti saya ceritakan perkembangannya.
(Mieke, 56 tahun, Bandung)

Manfaat secara langsung sih belum begitu berasa. Namun, dengan bergabung di komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis ini saya jadi tahu bahwa siapa pun tidak terbatas usia dan status ibu rumah tangga bisa menghasilkan karya lewat tulisan.
Informasi mengenai pekerjaan penulis pun membuka mata saya bahwa menulis selain sebuah hobi juga dapat dijadikan sebuah pekerjaan yang cukup menyenangkan.
Suatu hari nanti saya pun berharap bisa bergabung lebih eksis dan bisa menghasilkan karya tulis.
(Arie Aleida, 31 tahun, Bekasi)

Grup “Ibu-Ibu Doyan Nulis (meskipun saya belum jadi ibu-ibu) telah ikut membangun atmosfer menulis bagi diriku. Hingga energi menulis tak pernah mampu lari dari diriku.
(Neti Suriana, 26 tahun, Riau)



PS; Ajak ibu-ibu yang lain untuk bergabung dalam grup ya.....Semakin banyak ibu bergabung, semoga semakin jaya ibu-ibu :))

Ngobrol dengan Janin teteh Nanit dan Janin Dede Ammar! ^^




Ketika anak pertama saya lahir -Nanit- saya bahagia luar biasa, mengalahkan kebahagiaan ketika saya akan menikah dengan ayahnya hehehehe...Saking bahagia dan terharunya, selama 4 hari setelah melahirkan Nanit saya didera 'lebay' tingkat tinggi yaitu seringnya memandang Nanit sambil berurai air mata xixxi.
Jujur saja, memiliki anak pada saat itu seperti mimpi ^^, gimana nggak mimpi, wong penjajagan sama ayahnya Nanit aja hanya 2 minggu, 1 minggu kemudian persiapan nikah, dan kemudian setelah menikah Allah langsung menitipkan Nanit dalam rahim saya...Saya kira, saya bakalan telaaaat nikah, bahkan udah siap-siap aja kalo-kalo nggak ada yang mau sama saya hahahaha
Namun, kesukaan saya akan anak dan keinginan saya menjadi seorang ibu telah menjadi salah satu hal yang mengikat kuat dalam pikiran saya. Saya ingin membesarkan seorang anak dengan penuh cinta dan mendidik dengan cara terbaik, melebihi cara orangtua saya membesarkan saya...kok begitu? pastinya setiap orangtua punya cara membesarkan anak dan dalam rekam jejak saya, hal yang positif dalam pendidikan orangtua saya akan ditiru, sedangkan hal yang negatif akan saya ganti dengan sesuatu yang baru.
Well, kemudian pendidikanpun dimulai....
Ketika hamil Nanit, pada usia kehamilan muda yaitu hingga 3 bulan, saya memutuskan keluar kerja. Di awal-awal kehamilan, seperti juga calon ibu yang lain saya didera MABOK BERAT! muntah hingga belasan kali sehari, alhasil, berat badan bukannya naik malah turun :(. Demi rasa cinta pada sang buah hati...cieee....saya keluar kerja!
Keputusan saya untuk keluar kerja adalah pilihan yang terbaik bagi saya. Bukan hanya untuk anak saya, tapi untuk saya sendiri. Bersama janin Nanit, saya terus berkreasi... Maklum saja, seharian di rumah hanya berdua dengan janin Nanit sambil menunggu ayahnya pulang kerja.
Apa yang saya lakukan dengan Janin Nanit pada saat kami hanya berduaan saja di rumah tidak lain adalah mengobrol ^^. Kami mengobrol tentang apa saja, tak sungkan saya mengajak janin Nanit untuk ikut serta dalam kegiatan harian seperti membaca, mengajaknya mandi, memasak, bener-bener mengobrol, seolah-olah janin Nanit sudah ada di hadapan saya :)...Saya begitu percaya bahwa pendidikan anak dimulai sejak dalam kandungan, bukan setelah dia lahir, itu sebabnya ada begitu banyak 'obrolan positif' yang saya lakukan dengannya. Bahkan, panggilan Nanit memang sudah ada jauh-jauh hari sebelum dia lahir. Keluarga dan sahabat sempet protes, kalo bayi saya nanti laki-laki gimana? karena usg tidak 100% tepat. Aaah....saya sudah yakin kalau anak saya perempuan! Dan saya begitu yakin, janin Nanit kelak akan tumbuh seperti yang perjanjian kami saat dalam kandungan..! haaaa...perjanjian? hehehehe
Dengan janin Nanit juga saya bersama-sama membangun Indscript Creative ^^.....So, berapa usia Indscript Creative adalah (usia Nanit + usia Nanit dikandung - 3 bulan)=sekian -males itung ah-
Kegiatan di rumah akhirnya menjadi kegiatan yang juga menyibukkan, bedanya kalo waktu kerja sibuk dengan ngurus perusahaan orang, kalo setelah keluar kerja sibuk membangun perusahaan sendiri. Keterlibatan janin Nanit dalam setiap aktifitas bagi saya adalah satu hal yang mendidik, saya melibatkannya seolah-olah kami adalah patner, bukan saya sendiri yang bekerja/beraktifitas.
Banyak hal ajaib yang saya alami ketika mengandung Nanit, salah satunya adalah dengan keterlibatan dia dalam keseharian salah satunya adalah saya jadi bisa mengatasi semua problem kehamilan. Jika saya sedang kurang mood atau lelah, saya kompromi dengan nanit untuk tetap semangat bersama saya dan saya bisa terus semangat akhirnya. Aktifitas keseharian saya ketika awal-awal membangun Indscript Creative memang sangat sibuk, sehingga membutuhkan semangat yang tiada matinya dan bersama janin Nanitlah saya melakukannya. So, akhirnya tidak ada perubahan antara ketika hamil dan tidak hamil. Saya tetap bisa aktif tanpa hambatan. Makasih teteh Nanit!
Kegiatan mendidik nanit sejak dalam kandungan itu berbuah manis. Sejak Nanit lahir, Nanit bukanlah bayi yang rewel, bahkan jika ada yang nanya, "begadang dong sekarang?" saya dan suami geleng-geleng kepala, pola tidur saya dan suami sejak nanit lahir tidak berubah, kami tidak bangun karena tangisan (karena memang Nanit tidak pernah menangis malam), Nanit hanya beraha ehe minta susu dan kemudian nanit dan saya akan tidur bersama kembali :)
Nanit terus tumbuh menjadi anak persis seperti yang pernah kami 'obrolkan' ^^
Ketika hamil anak kedua, pola pendidikan sejak dalam janinpun saya terapkan. Dan, panggilan dede Ammar melekat sebelum anak kedua saya lahir ^^. Kini, dede Ammar memiliki tipikal bayi seperti kakaknya, teteh nanit...dede Ammar tidak rewel dan membuat orangtuanya begadang, bahkan saudara kami yang menginap di rumah pas pagi-pagi protes "disini ada bayi nggak sih? kok nggak kedengeran nangisnya?" wkwkwk...Terakhir, saya harap dede Ammar akan tumbuh menjadi anak persis seperti yang pernah kami 'obrolkan' juga ^^

_catatan ini dibuat disela-sela meeting bisnis cantik via ym_ gegegege

Undangan Liputan secara terbuka...


INDSCRIPT CREATIVE
Bisnis Rumahan Seorang Ibu Rumah Tangga untuk Para Ibu Rumah Tangga


Awalnya Indscript Creative didirikan karena keinginan dari calon Ibu yang ingin total bekerja di rumah. Meninggalkan hiruk-pikuk dunia karir demi mengurus keluarga. Berpikir untuk mencari bisnis apa yang bisa dikerjakan di rumah dan sesuai dengan minat yang dimiliki. Kebetulan hobi dan minat menulis mendorongnya untuk menjadikan profesi menulis menjadi sumber penghasilan. Seiring berjalannya waktu, Indscript Creative pun terus berkembang.
Indscript Creative mulai dibangun pada akhir tahun 2007. Ketika pertama kalinya didirikan, fokus pasar Indscript Creative adalah bidang penerbitan. Indscript Creative memosisikan diri sebagai agensi naskah, yaitu menjadi mediator antara penulis dengan penerbit, antara penerbit dengan penulis. Indscript Creative mengemas naskah supaya lebih cantik dan bernilai jual.
Kini, Indscript Creative memiliki 30 klien penerbit, 4 klien korporat, dan 2 klien Institusi pendidikan. Memiliki kerjasama dengan lebih dari 172 penulis, 5 studio gambar, dan telah menetaskan 400 judul buku di pasar bebas.
Yang unik dari bisnis Indscript Creative adalah konsennya menggarap pasar ibu-ibu. Indscript Creative secara berkala melatih para ibu untuk mengembangkan minat dan bakatnya menulis, untuk kemudian menyalurkannya melalui klien-klien yang bergabung dengan Indscript Creative.
Beberapa program yang telah berjalan adalah pelatihan 3 Jam Bisa Menulis untuk Para Ibu yang bekerjasama dengan Rabbani cabang Buah Batu selama 6 Gelombang dan Rabbani, Rawamangun, Jakarta sebanyak 2 gelombang. Selain itu, Indscript Creative menyelenggarakan Pelatihan Menulis Skenario yang bekerjasama dengan TB Gramedia, Merdeka, Bandung. Bahkan, Indscript juga menyelenggarakan pelatihan menulis yang dilakukan menyesuaikan panggilan, misalnya pelatihan menulis untuk para dosen di UNISBA, arisan ibu-ibu, pelatihan menulis untuk anak di panti asuhan, dan panggilan pelatihan menulis dari SD/TK untuk para guru. Sementara itu, program yang akan diluncurkan oleh Indscript Creative pada awal tahun 2011 ini adalah Kursus Nulis & Bisnis untuk Pemula yang akan dimulai pada 8 Januari 2011.
Kini, Indscript Creative mewadahi grup Ibu-ibu Doyan Nulis yang kini memiliki jumlah anggota sebanyak 1.650 orang. Pada setiap kesempatan penulisan, Indscript Creative lebih memilih menggunakan SDM Ibu Rumah Tangga.
Untuk keunikan dan percepatan bisnis inilah barangkali yang membuat pendiri dan pengelola Indscript Creative terpilih menjadi 1 dari 10 Pemenang Perempuan Inspiratif Nova 2010.
Oleh karena itu, kami mengundang redaksi Anda untuk mampir dan meliput bisnis Indscript Creative. Semoga hasilnya dapat menjadi inspirasi bagi para ibu bahwa ibu rumah tangga bisa mengelola bisnis rumahan dengan baik, tentunya menyesuaikan dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Amiiin.


Indari Mastuti (Indscript Creative), Jl. PLN Dalam I No.1/203D, Moh. Toha – Bandung.
Telepon: 022-5229415/081321811219, email: indscript.creative@gmail.com,
website: www.indscriptcreative.com