H A L A L

Kata Bapak, anak-anaknya harus makan dari jalan rezeki yang halal
Maka Bapak tak pernah malu berutang demi makan dibandingkan harus menerima suap
Iya, Bapak adalah seorang pengacara
Tapi, masa gemilang secara ekonomi hanya berlangsung sebentar, itu waktu Bapak pernah jadi pengacara sekaligus pengusaha batu bata
Setelah itu...Bapak fokus jadi pengacara dengan pilihan klien orang-orang tak berduit
Akibatnya bisa dibilang hidup keluarga kami amat pas-pasan
Apalagi saat Bapak kemudian sakit stroke
Semakin berantakanlah situasi ekonomi keluarga kami
Untungnya nasihat Bapak amat kuat mengenai di hati dan pikiran anak-anaknya
Bisa dibilang dalam berbagai kondisi, anak-anak Bapak nyaris tanpa mengeluh
Kami menikmati kondisi seadanya hingga kekurangan
Kondisi Bapak sedang sehat hingga harus mengurus Bapak sakit dengan ekonomi yang masyaAllah penuh tantangan
Untuk makan kami harus berutang
Mama sempat bekerja membantu saudara juga, namun upahnya tak seberapa, namun kami bersyukur setiap hari mama membawa lauk pauk
Tapi...waktu mama bekerja pun, Bapak keberatan jika Mama yang menafkahi kami sekeluarga, Bapak lagi-lagi ingin sekuat tenaga membuktikan bahwa beliau bisa menghidupi kami
Sayangnya tidak, Pak...Bapak sudah sangat lemah saat itu
Maka, saya sering melihat air mata Bapak mengalir dalam kelumpuhannya
Beranjak remaja, anak-anak Bapak mencari uang dengan jalannya masing-masing
Kakak saya menjadi guide berbagai turis asing karena kemampuan berbahasanya
Adik saya terlalu kecil untuk mencari uang, maka tugasnya mengatur keuangan keluarga dari kost-kostan yang kami miliki, ya, hanya kost-kostan seada-adanya saja
Saya, mulai mendapatkan uang dari aktivitas menulis
Kami anak-anak Bapak terus bergerak untuk mendapatkan uang halal yang akan mengaliri darah kami
Uang halal, dan aktivitas menulis saya terus berjalan karena optimisnya Bapak bahwa saya bisa mencari uang dari aktivitas menulis dan sejak SMA saya sudah menghasilkan uang dari menulis
Waktu Bapak terbaring di ranjang dalam kelumpuhannya, saya berlari ke Bapak dan menunjukkan tulisan saya dimuat di media cetak, "Pak, lihat niiih, tulisan Indari muncul lagi...alhamdulillah" dan saya hanya melihat bulir-bulir air mata Bapak membasahi bantal
Aaaah Bapak..... betapa aku merindukanmu...

No comments:

Post a Comment