Kisah Saya dan Suami (Bagian Pertama)



BUKAN MUSLIMAH SHOLEHAH itu barangkali yang tertangkap oleh suami saya pada saat pertama kali kami bertemu, sampai ketika dia digodain oleh atasannya, "Dek, manager baru itu lajang, nikahin aja." suami saya memilih bergidik.

Menurut cerita beliau...Ketika saya masuk menjadi manager di perusahaan dia bekerja yang nuansa Islaminya sangat kental, semua orang merasa perusahaan tersebut salah memilih saya.
Salahnya dari cara dan gestur saya yang sama sekali tidak Islami.
Berkerudung sekedarnya...
Ambisius luar biasa...
Cara berbicara keras dan kurang santun...
Berpakaian super ketat...
Kutek warna warni...
Sepatu high heel yang toktaknya terdengar kemana-mana...
Bukan muslimah sholehah!

IYA, saya profesional yang seperti salah masuk kandang.
SIAPA YANG MENDUGA bahwa kami berakhir sebagai suami istri? Hanya Allah yang telah merencanakan semua...
BUKAN MUSLIMAH SHOLEHAH ini memang hanya berpikir urusan KARIR dan MIMPI yang sudah berderet musti diwujudkan.
Banyak orang mengatakan saya ambisius, workaholic, pekerja tak kenal lelah, berkarakter kuat,hingga akhirnya saya selalu maju mundur kalau ngomongin nikah. Antara mau dan tidak, hingga usia 27 tahun dan sempat berpikir bakal jadi perawan tua.

"Apa iya ada yang mau sama perempuan seambisius saya?"
Lantas, siapa yang menduga yang meminang saya adalah seorang lelaki lembut, sholeh, bertutur kata santun, sangat detail dan rapi, hidupnya mengalir seperti air tanpa mimpi-mimpi berlebihan?
Hanya Allah yang mengaturnya pada usia saya tepat 27 tahun, 9 Juli 2007.

Waktu itu saya akan milad ke-27 dan mencari tumpeng untuk merayakannya, seorang team mengatakan ibu suami saya itu katering dan bisa pesan ke beliau.
"Ekh, ibu kamu punya katering ya? Pesen tumpeng bisa?" tanya saya pada beliau.
Bahasa AKU KAMU dan GUE ELO adalah bahasa keseharian saya yang sebagian orang menganggap inilah sumber ketidaksopanan saya.
Beliau mengangguk dan saya diantar ke rumahnya untuk memesan tumpeng.
Apa yang terjadi? ternyata ibunya berkata, "itu siapa? Kayaknya dia bakal jadi istri kamu." tunjuk ibunya di balik kaca ruang tamu.
Suami saya berkata, "Nggak mungkinlah dia itu manager di kantor."
Tapi, kok akhirnya kami bisa jadi suami istri ya? Allah yang Maha Mengatur...

No comments:

Post a Comment