Merasa Sales Bukan Bidang Anda? Yuk, Ubah Mindset!



Bagi saya, apapun produknya sales itu urusan nomor satu.  Ya, apapun pekerjaan atau bisnis yang anda jalankan, tanpa kemampuan sales pasti bisnisnya tidak akan berjalan dengan baik.  Sedemikian pentingnya sales, namun tidak semua menyadari bahwa pada saat ini, menjadi sales bukan lagi merupakan profesi semata melainkan merupakan kebutuhan di berbagai aktivitas.  

Sayangnya bagi sebagian orang, sales masih menjadi sebuah gerakan malu-malu, aktivitas yang dilakukan dengan malas-malasan dan merupakan satu pekerjaan yang tidak dijalankan dengan senang hati.  Bahkan banyak orang langsung mengerutkan dahi ketika mendengar kata sales.

Banyak perempuan yang menyerah dalam hal sales bahkan dengan berbagai alasan merasa sales bukan bidangnya.  Mindset seperti ini yang harus diubah.

Berikut saya berikan beberapa TIPS menjalani kegiatan NYELES untuk Anda para perempuan:
1. KENALI PRODUK  yang Anda tawarkan dengan sebaik mungkin. Semakin Anda mengenali produk Anda semakin lancar proses edukasi produk di lapangan.
2. PERKUAT EMPATI sangat penting karena Anda akan berhadapan dengan begitu banyak karakter di lapangan. Jika Anda tidak tahan dengan goncangannya karena simpati atau antipati yang muncul, proses ‘menjual’ Anda akan gagal.
3. JADILAH PENDENGAR bagi calon klien Anda. Siapkan dua telinga Anda untuk mendengarkan apa kebutuhan calon klien Anda, tutuplah dulu mulut Anda hingga dia selesai bicara. Setelah Anda dipersilakan berbicara, gunakan waktu secara efektif dan efisien untuk memperkenalkan produk Anda.
4. Jadilah yang PENYABAR. Memfollow orang itu tidak seperti Anda membuat masakan. Bisa dilakukan dalam waktu cepat. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam hal ini karena tanpa kesabaran Anda akan mudah menyerah dan kadang ‘marah’ :)
5. BERSAHABATlah dengan calon klien atau klien Anda karena dengan hubungan personal semi profesional Anda akan menikmati proses menjadi sales sebagai lahan untuk shilaturahmi dan belajar.
6. BELAJARLAH dari APA YANG DIKERJAKAN. Saya kemana-mana selalu bawa barang dagangan. Pada sebuah meeting besar, pada reuni, hingga pada kegiatan sekadar jumpa kawan. Pada setiap kejadian ‘nyeles’ saya belajar dan menyempurnakan aktivitas sales saya.
7. Bersiap DITOLAK. Sales jangan takut ditolak, kalau ditolak satu orang masih ada seribu orang menunggu Anda di depan rumahnya :)

Nah,
Bagaimana? Siap mengubah mindset? Sudahkah Anda menjadi sales, khususnya untuk PRODUK ANDA SENDIRI? Selamat menjadi SALES!
Happy Selling!


Penulis Itu Harus Jadi BUNGLON!



Menulis buku Auto biografi  atau biografi membutuhkan skill bukan hanya sekedar pandai menulis tapi ada skill khusus yang wajib diperhatikan. Ilmu ini saya sebut ilmu bunglon!
Ilmu bunglon merupakan ilmu yang membuat kita 'mendadak' menjadi orang yang sama dan memosisikan yang ternyaman bagi tokoh yang kita tulis.

Ketika menulis buku Auto biografi tidak jarang saat menulis saya menangis, marah, dan sedih menyesuaikan dengan cerita yang saya tulis dan inilah yang membuat tulisan itu kemudian lebih bernyawa serta sering mendapat pertanyaan dari sang tokoh, "kok seperti saya yang nulis" :)

Dengan menulis buku biografi saya semakin mendalami arti hidup sesungguhnya, saya belajar menjadi sukses itu bukan sekedar perjuangan mencapai sukses, melainkan berhubungan dengan nilai-nilai hidup yang menguatkan seseorang mengapa dia harus sukses.

Dari menulis buku biografi saya juga belajar, bahwa kesuksesan seseorang tidak melulu tentang berapa banyak harta bisa dia kumpulkan, berapa bisnis bisa dikembangkan, tapi juga seberapa manfaatnya dia bagi sesama, dan seberapa kuat dia menahan badai yang menerjang yang bisa saja meluluhlantakkan hidupnya.

Dari menulis buku biografi saya semakin siap menghadapi setiap episode kehidupan, menjadikan tiap episode sebagai ajang saya untuk belajar.  Membuka mata saya bahwa hidup akhirnya merupakan satu pembelajaran ke pembelajaran lainnya.

Dengan menulis buku biografi, saya dapat menyelami pemikiran-pemikiran orang lain. Saya bisa mempelajari bagaimana cara orang lain dalam mengembangkan diri.  Bagaimana orang lain menyikapi setiap persoalan yang dihadapinya hingga bisa menjadi dirinya yang sekarang.

Lalu, bagaimana ketika sedang berhubungan dengan sang tokoh? saya pun menjadi bunglon yang tepat. Saat menulis seorang profesor, saya memosisikan diri menjadi seorang murid. Saat menulis seorang kakek, saya mendadak seperti cucunya. Saat menulis seorang pengusaha, saya lebih senang menjadi teman diskusinya. Saya menjadi bunglon dan ternyata kunci dari kekuatan menulis di lini autobiografi adalah sepandai apa kita mengubah diri kita saat bersama sang tokoh, meski tentu saja tidak boleh mengubah karakter penulis itu sendiri.

Saya menikmati konsep bunglon ini dan saya rasa tokoh yang tulis pun demikian, karena hingga kini saya jadi memiliki hubungan baik dengan mereka seperti saat saya menuliskannya, mereka menganggap saya murid, cucu, teman dekat, hingga adik ^__*

Ingin tahu lebih lanjut mengenai konsep BUNGLON?

Tutup Telinga Untuk Hinaan, Buka Telinga Untuk Kritikan



Sekali lagi, jika memang sebuah HINAAN akan membuat langkahmu menjadi BERAT, maka TUTUPLAH TELINGAMU.

Meski banyak juga yang merasa langkahnya semakin KUAT karena HINAAN.

Tidak semua mampu menerima hinaan dan jika kita adalah salah satu yang tidak mampu menerimanya, maka tutuplah telinga.

NAMUN, untuk sebuah KRITIKAN telinga wajib dibuka.

KRITIK adalah sebuah cara MENYEMPURNAKAN DIRI.

KRITIK menjadi sarana MEMPERBAIKI.

KRITIK adalah ruang INTROSPEKSI.
Memilikilah sikap-sikap positif untuk selalu menjaga serta mempererat pertemanan.  Saling menghargai, berjiwa besar, menerima kritik, saling memaafkan serta saling berbagi. 

Yang perlu diingat adalah jangan pernah meremehkan orang lain yang lain.  Tanamkan dalam diri kita bahwa setiap orang adalah special dengan demikian Anda bisa nyaman berinteraksi dengan siapa saja tanpa batas usia, tanpa status ekonomi, tanpa perbedaan sosial, tanpa perbedaan jenjang pendidikan. Kunci dari networking adalah memaklumi kekurangan dan kelebihan, sebab MANUSIA TIDAK ADA YANG SEMPURNA.

Bagi saya, selalu ada pembelajaran dalam setiap cara saya memandang seseorang dan pada saat itu saya selalu merasa orang lain terlihat lebih istimewa dibandingkan saya sehingga membuat saya selalu penasaran pada setiap obrolan dan selalu ingin belajar pada siapapun.

Terpacu untuk terus berusaha dengan sebaik-baiknya dan terus berkeinginan untuk berbagi dan mendapatkan energi positif dalam hidup.  Dalam bernetworking kita memang harus bersiap mengecap hal manis dan pahit sekaligus.  Karena pada dasarnya karakter manusia bermacam-macam.  Kita tidak bisa memaksa semua orang sejalan dengan kita. 

Banyaknya pencapaian bukan berarti bisnis saya tidak mengalami up and down, cobaan dari dalam perusahaan maupun dari luar.  Seperti bisnis pada umumnya, Indscript Creative pernah mengalami masa-masa sulit.  Saya tidak menyerah.  Jadikan setiap masalah yang muncul sebagai pembelajaran.  Sikapi dengan bijaksana. Itu akan membuat networking kita semakin kuat dan bermanfaat.  Mari bersama-sama membangun networking yang sehat!
Menuju 9 tahun Indscript Corp (8 September 2007 - 8 September 2016)

Menuju 6 Tahun Membina Perempuan Menjadi Penulis dan Pebisnis