“Karena marah aku membuat diriku terus melesat menjadi yang terhebat” (Tantia Dian)
Bertemu dengan Tantia bagi saya amat berharga. Saya bisa
mendengarkan secara langsung bagaimana seorang anak yang selama di
sekolahnya dibully bisa menjadi sangat hebat kini.
Menurutnya, peristiwa dibully bukan hanya didapatkan saat kecil,
tapi di semua tingkatan pendidikan mulai SD hingga kuliah, Tantia
mendapatkan perlakuan tidak adil.
Alasan bullynya macam-macam, tapi yang jelas Tantia merasa karena
dia memang berbeda, “bahkan dalam kemenangan kompetisi yang aku
lakukanpun menjadi celah untuk dibully. Aku dianggap perempuan yang
untuk menang kompetisi akan melakukan banyak cara. Padahal tentu saja
tidak! Dalam banyak hal aku menang karena aku melakukannya dengan
sungguh-sungguh dan sepenuh hati.” Ujarnya.
Ada banyak cara orang membully orang lain dan ada jutaan alasan
melakukannya. Pembahasan tentang bully tidak ada habis-habisnya terutama
di dunia maya, dimana semua orang bebas untuk berkata lisan melalui
tulisan pada orang lain yang bahkan bertemu dengannya pun belum pernah.
Satu hal yang menarik ketika saya bertanya pada Tantia, “laki-laki
atau perempuan yang lebih banyak membullymu?” Dan dia menjawab dengan
tegas, “perempuan!”. Hati saya tiba-tiba merasa teriris mendengarnya.
Kenapa harus perempuan? Kenapa perempuan harus menyakiti perempuan
lainnya? Kenapa perempuan tidak saling melindungi, saling berbangga
hati, dan saling mendukung satu sama lain?
“Menurutku perempuan memang rentan dalam kaitan persaingan. Aku
menganggap itu hanyalah wajah dari sebuah ketidakmampuan untuk bersaing
dengan sehat.” Ujar Tantia.
Tantia merupakan perempuan muda yang sangat berprestasi. Sejak
kecil sudah memiliki prestasi yang patut dibanggakan. Semasa sekolah
selalu menjadi juara dan menjadi mahasiswi teladan tingkat nasional.
Tantia memenangkan begitu banyak kompetisi bergengsi dan mendapatkan
beasiswa dari 5 negara. Kini, dia mengemban tugas sebagai Vice President
Business Development TouchPoint sebuah perusahaan yang mengembangkan
teknologi yang akan digunakan di mall sebagai mesin pencari lokasi
berbentuk iphone raksasa.
Tidak main-main dengan mimpi yang akan dibangunnya bersama
Touchpoint, “kelak semua mall di Indonesia akan menggunakan produk kami.
Fasilitas yang diberikan bukan hanya memudahkan pengunjung tapi juga
memberikan benefit lebih pada tenan di mall karena produknya semakin
dikenaliy yang pengunjung dan bagi mall menjadi tambahan penghasilan
yang produktif dengan sistem advertising yang kami terapkan dalam
touchpoint” gadis berusia 23 tahun ini selalu berbinar jika berbicara
tentang masa depan bisnis yang dijalankannya kini.
“Lalu, apa mimpimu selanjutnya?” Tanya saya. Dengan penuh semangat
gadis berambut pendek itu berkata, “saya akan segera jadi profesor.”
Dan saya mengguman dalam hati bahwa masa lalu yang buruk tidak
menjamin masa depan sama buruknya, sebab keputusan mengubah masa depan
ada di tangan kita. Ya, dibully ternyata tidak selalu berakhir tragis,
justru karena bully yang diterimanya Tantia menjadi perempuan muda
perkasa dan luar biasa!
No comments:
Post a Comment