Pengalaman saya di dunia sales sudah dimulai sejak saya SMA. Jualan saya yang pertama adalah TULISAN saya :).
Tulisan yang pertama kali dimuat di media nasional yaitu saat saya kelas 1 SMA berjudul “Kiat Mengatasi Stres”. Tulisan itu menjadi sejarah bagi kemajuan karir saya di bidang penulisan. Saya semakin percaya bahwa menulis tanpa kemampuan untuk mempromosikan karya juga akan membuat karir di dunia penulisan mentok. Untunglah jiwa sales saya terus menggelembung seiring waktu sehingga ketika akhirnya saya mendirikan usaha sendiri, bagi saya, “Apapun produknya, sales itu urusan nomor satu!”
Ya, apapun kemampuan yang dimiliki seseorang, tanpa kemampuan menjual pasti tidak akan berjalan dengan baik proses penjualannya. Misalnya saja, penulis. Ketika dia jago dalam hal menulis tapi malu-malu mempromosikan bukunya, bisa jadi bukunya tidak laku. Ketika ahli melukis, tapi nggak mampu ‘nyeles” lukisannya bisa jadi cuman jadi pajangan di rumah. Ketika ahli membuat desain gambar, tapi diam-diam saja, siapa yang mau mengakui keahlian mendesain.
Sayangnya, tidak semua menyadari bahwa menjadi sales sebetulnya pada saat ini bukan lagi profesi semata tetapi kebutuhan di berbagai aktivitas. Sales masih menjadi sebuah gerakan malu-malu dibandingkan profesi yang dijalankan dengan senang hati.
Ngomong-ngomong mengenai sales, saya jadi teringat pada Coach Hendra Hilman. Pertemuan kami berawal dari sebuah email, lalu berlanjut di meeting pertama karena beliau membutuhkan jasa yang perusahaan saya miliki. Pada pertemuan pertama ini, saya sudah menduga bahwa beliau sudah pasti akan detail bertanya ini dan itu. Dan dugaan saya benar! :)
Butuh proses lama untuk membuat deal project dengan coach Hendra karena beliau amat sangat penuh perhitungan. Biasanya sales bakalan males kalau follow up terlalu lama, namun berbeda dengan saya, saya amat menikmati proses dari calon klien menjadi klien.
Satu hal yang saya akan lakukan dalam proses ini adalah menjadi kawan. Sebelum menjadi klien, Coach Hendra dan saya malah menjadi sahabat baik, kami saling bertukar informasi tentang apa saja. Bahkan ketika tiba-tiba dia bilang, “Oke In, kita jalankan project kita” sayapun sudah siap dengan ajakan ini.
Setelah menjadi klien, hubungan kami menjadi jauh lebih sempurna sebab coach Hendra bukan saja hadir kawan tapi juga memberikan waktunya yang berharga hanya untuk mendengarkan ocehan saya dalam bisnis, lantas beliau memberikan masukan ini dan itu.
Satu hal yang paling saya ingat dari beliau adalah petuahnya, “JUST DO IT, In!” artinya beliau mendorong saya untuk terus melakukan sesuatu dan menyempurnakannya dari waktu ke waktu, meski beliau juga berpesan, “Pilah idemu, karena idemu sangat banyak” dan saya belajar dari hal ini.
Pada satu kesempatan saya mengundang beliau hadir dalam kegiatan sharing di komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, ketika itu sharing membahas tentang dunia marketing, tanpa diduga beliau berkata, “Iin ini jagoan salesnya, saya aja akhirnya jadi klien, padahal saya orang yang paling sulit kalau mau deal project.” ujarnya tertawa dan saya ikut terpingkal-pingkal karena mengingat proses follow up dengan beliau.
Tulisan yang pertama kali dimuat di media nasional yaitu saat saya kelas 1 SMA berjudul “Kiat Mengatasi Stres”. Tulisan itu menjadi sejarah bagi kemajuan karir saya di bidang penulisan. Saya semakin percaya bahwa menulis tanpa kemampuan untuk mempromosikan karya juga akan membuat karir di dunia penulisan mentok. Untunglah jiwa sales saya terus menggelembung seiring waktu sehingga ketika akhirnya saya mendirikan usaha sendiri, bagi saya, “Apapun produknya, sales itu urusan nomor satu!”
Ya, apapun kemampuan yang dimiliki seseorang, tanpa kemampuan menjual pasti tidak akan berjalan dengan baik proses penjualannya. Misalnya saja, penulis. Ketika dia jago dalam hal menulis tapi malu-malu mempromosikan bukunya, bisa jadi bukunya tidak laku. Ketika ahli melukis, tapi nggak mampu ‘nyeles” lukisannya bisa jadi cuman jadi pajangan di rumah. Ketika ahli membuat desain gambar, tapi diam-diam saja, siapa yang mau mengakui keahlian mendesain.
Sayangnya, tidak semua menyadari bahwa menjadi sales sebetulnya pada saat ini bukan lagi profesi semata tetapi kebutuhan di berbagai aktivitas. Sales masih menjadi sebuah gerakan malu-malu dibandingkan profesi yang dijalankan dengan senang hati.
Ngomong-ngomong mengenai sales, saya jadi teringat pada Coach Hendra Hilman. Pertemuan kami berawal dari sebuah email, lalu berlanjut di meeting pertama karena beliau membutuhkan jasa yang perusahaan saya miliki. Pada pertemuan pertama ini, saya sudah menduga bahwa beliau sudah pasti akan detail bertanya ini dan itu. Dan dugaan saya benar! :)
Butuh proses lama untuk membuat deal project dengan coach Hendra karena beliau amat sangat penuh perhitungan. Biasanya sales bakalan males kalau follow up terlalu lama, namun berbeda dengan saya, saya amat menikmati proses dari calon klien menjadi klien.
Satu hal yang saya akan lakukan dalam proses ini adalah menjadi kawan. Sebelum menjadi klien, Coach Hendra dan saya malah menjadi sahabat baik, kami saling bertukar informasi tentang apa saja. Bahkan ketika tiba-tiba dia bilang, “Oke In, kita jalankan project kita” sayapun sudah siap dengan ajakan ini.
Setelah menjadi klien, hubungan kami menjadi jauh lebih sempurna sebab coach Hendra bukan saja hadir kawan tapi juga memberikan waktunya yang berharga hanya untuk mendengarkan ocehan saya dalam bisnis, lantas beliau memberikan masukan ini dan itu.
Satu hal yang paling saya ingat dari beliau adalah petuahnya, “JUST DO IT, In!” artinya beliau mendorong saya untuk terus melakukan sesuatu dan menyempurnakannya dari waktu ke waktu, meski beliau juga berpesan, “Pilah idemu, karena idemu sangat banyak” dan saya belajar dari hal ini.
Pada satu kesempatan saya mengundang beliau hadir dalam kegiatan sharing di komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, ketika itu sharing membahas tentang dunia marketing, tanpa diduga beliau berkata, “Iin ini jagoan salesnya, saya aja akhirnya jadi klien, padahal saya orang yang paling sulit kalau mau deal project.” ujarnya tertawa dan saya ikut terpingkal-pingkal karena mengingat proses follow up dengan beliau.
Dunia sales memang bukan merupakan hal yang baru bagi seorang Hendra Hilman. Dengan memegang gelar Diploma jurusan Marketing, gelar Sarjana jurusan Bisnis Internasional dan gelar Master untuk Business System,
yang semuanya diselesaikan di Monash University di Australia, Coach
Hendra tidak hanya matang di dunia akademis, tetapi juga kaya akan
praktek di lapangan.
Sejak masa kuliah beliau telah melakoni berbagai
jenis pekerjaan sambil memetik pelajaran penting mengenai bisnis dari
setiap atasannya. Sepulangnya ke Indonesia, beliau berkecimpung di
bisnis keluarga yang telah dibangun ayahnya. Sebagai anak pemilik
bisnis, bukan berarti beliau langsung menduduki jabatan tinggi.
Melainkan, dia memulai karir di perusahaan keluarganya dari level
terbawah. Ini merupakan bagian dari pendidikan bisnis ayahnya yang
sangat melekat dan menjadikannya seperti sekarang ini.
Selama berkecimpung di bisnis keluarganya, beliau
berhasil memoosisikan perusahaan tersebut menjadi Distributor Terbaik
se-Indonesia selama 3 tahun berturut-turut. Masih banyak prestasi lain
yang berhasil dicapai perusahaan tersebut di bawah komandonya.
Berbekal pengalaman bisnisnya, Coach Hendra
semakin memantapkan dirinya bahwa menjadi seorang trainer dan motivator
adalah panggilan hidupnya.
Beliau mendirikan ActionCOACH Bandung dan
menjadi COACH Bisnis berlisensi dari ActionCOAH Indonesia. Tujuannya
adalah untuk membantu para pemilik bisnis di
Bandung dan wilayah Jawa Barat mencapai impian yang diinginkan dalam
menjalankan bisnis mereka. Hendra dan tim Business Coach-nya merasa senang jika dapat membantu para pemilik bisnis untuk maju, bertambah kokoh, memiliki tim yang solid, meningkatkan omset dan laba. Serta yang terpenting adalah para pemilik bisnis bisa menjalani kehidupan yang bahagia dan juga luar biasa.
Heeeem, saya merasa beruntung
tidak pantang menyerah memfollow up beliau menjadi klien karena dari
beliau saya banyak belajar tentang dunia sales. Dan dalam dunia sales,
hal yang paling penting adalah memang PANTANG MENYERAH.
Banyak perempuan yang menyerah
dalam hal ‘menjual’ bahkan dengan berbagai alasan merasa ’sales bukan
bidangnya’ padahal persis seperti MENULIS, dunia sales hanya bisa
dipegang jika prosesnya terus dijalankan. Awalnya memang malu bahkan
maluuuuuu banget tapi seiring dengan dijalankannya proses malu ini
lama-lama akan ‘berani berkespresi tanpa malu’
Beberapa TIPS menjalani kegiatan NYELES untuk Anda para perempuan:
1. KENALI PRODUK yang Anda
tawarkan dengan sebaik mungkin. Semakin Anda mengenali produk Anda
semakin lancar proses edukasi produk di lapangan.
2. PERKUAT EMPATI sangat penting
karena Anda akan berhadapan dengan begitu banyak karakter di lapangan.
Jika Anda tidak tahan dengan goncangannya karena simpati atau antipati
yang muncul, proses ‘menjual’ Anda akan gagal.
3. JADILAH PENDENGAR bagi calon
klien Anda. Siapkan dua telinga Anda untuk mendengarkan apa kebutuhan
calon klien Anda, tutuplah dulu mulut Anda hingga dia selesai bicara.
Setelah Anda dipersilakan berbicara, gunakan waktu secara efektif dan
efisien untuk memperkenalkan produk Anda.
4. Jadilah yang PENYABAR.
Memfollow orang itu tidak seperti Anda membuat masakan. Bisa dilakukan
dalam waktu cepat. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam hal ini karena
tanpa kesabaran Anda akan mudah menyerah dan kadang ‘marah’ :)
5. BERSAHABATlah dengan calon klien atau klien Anda
karena dengan hubungan personal semi profesional Anda akan menikmati
proses menjadi sales sebagai lahan untuk shilaturahmi dan belajar.
6. BELAJARLAH dari APA YANG DIKERJAKAN. Saya
kemana-mana selalu bawa barang dagangan. Pada sebuah meeting besar, pada
reuni, hingga pada kegiatan sekadar jumpa kawan. Pada setiap kejadian
‘nyeles’ saya belajar dan menyempurnakan aktivitas sales saya.
7. Bersiap DITOLAK. Sales jangan takut ditolak,
kalau ditolak satu orang masih ada seribu orang menunggu Anda di depan
rumahnya :)
Nah, sudahkah Anda menjadi sales, khususnya untuk PRODUK ANDA SENDIRI? Selamat menjadi SALES
No comments:
Post a Comment