Pikiran Rakyat, 17 Maret 2005

Berikut merupakan artikel yang ditulis oleh sahabat saya, Mel. Saya ingin mempublikasikannya di website ini untuk anda semua.

”Public Speaking” dan Seorang Humoris
Oleh MAYLANNY CHRISTIN

SIAPAKAH public speaking itu? Apakah ia pesinetron, artis, dokter, wartawan, guru, ustaz, atau ibu rumah tanggakah? Siapa pun yang hidup bermasyarakat, berorganisasi dan tinggal dalam sebuah koloni, suatu saat pastilah ia jadi seorang public speaking. Sebab, ia akan mengomunikasikan gagasan atau pendapat pada banyak orang, sebagai konsekuensi logis karena kita adalah makhluk zoon politicon.
Pastilah ada satu kesempatan yang mengharuskan kita menjadi pembicara di depan banyak orang. Entah untuk memimpin rapat, menjadi MC, mengajar/memberikan pengarahan dll. Jika kita tidak terbiasa dengan hal itu, tentunya akan merasa tegang dan sangat tidak nyaman.
Artinya, kita takut terlihat buruk, bodoh, gugup dan salah tingkah. Satu di antara sekian banyak cara yang ampuh untuk mengatasi hal itu, berhumor ria. Berbicara di depan umum, mengapa kita harus menggunakan humor? Saya ingin berbagi cerita milik mahasiswa.
Pada suatu hari Amalia (bukan nama sebenarnya), diminta untuk menjadi MC pada sebuah acara yang bertajuk "Festival Ranah Budaya". Acara ini merupakan acara tahunan di kampusnya. Dalam acara ini terdapat beberapa rangkaian kegiatan, seperti pemutaran film, book fair, pertunjukan teater, dan lomba pembacaan puisi.
Pemuturan film pada waktu itu berjudul ”BETH”, film yang dibintangi artis cantik Ine Febrianti. Sudah tentu audience tampak antusias untuk melihat Ine "rela" makan bareng anjing dan kecoa. Otomatis, MC tidak perlu bekerja keras untuk mengatur audience-nya untuk berkonsentrasi menonton film.
Begitu pula saat pemutaran film, sutradara, penulis, dan pemain mengadakan jumpa pers. Karuan saja seluruh audience yang didominasi mahasiswa histeris melihat para pemain. Peran MC memang agak berat, ia harus membuat penonton yang begitu exited potret sana potret sini, bahkan nyelonong ke podium, agar lebih tertib. Namun, tugas pembawa acara,akan lebih sulit lagi, kalau harus menghidupkan suasana yang mati alias garing, kata orang Sunda.
Dengan jumlah peserta puluhan orang dan masing-masing ingin berekspresi dengan judul puisi yang itu-itu saja, bisa dibayangkan bagaimana jenuhnya berada dalam sebuah aula yang ber-AC, dan hanya diterangi lampu kuning yang redup. Tentunya akan sangat mudah kita merasa terhanyut oleh kantuk yang tidak tertahankan.
Peserta demi peserta asyik membacakan puisi karya Remy Sylado berjudul Jangan Bilang Kontol. Entah mengapa hampir seluruh peserta memilih itu. Spontanitas Amalia bertanya pada audience-nya: Katanya jangan bilang kotor, tapi kenapa kata itu diucapkan terus? Kontan semua peserta dan penonton tertawa, ada pula yang hanya mesem-mesem senyum dikulum.
Sebetulnya, banyak manfaat yang didapat seorang public speaking lewat humor. Selain, membuat punya sifat humoris, kita juga bisa mengatasi ketegangan yang dihadapi, ketika berada dalam forum yang begitu kaku atau terbebani dengan materi yang kompleks yang harus disampaikan. Dengan tawa, stres kita dan audience bisa hilang. Lewat humor, suasana pergaulan juga jadi cair. Tak heran seorang public speaking yang humoris lebih disukai banyak orang.
Tertawalah sebelum Anda memotivasi seseorang, senyumlah bila Anda stres menghadapi susunan acara yang Anda pandu. Lemparkan joke-joke ringan yang menggelitik. Daripada muka Anda memerah karena malu, mulailah hari kerja Anda dengan humor.
Disinyalir, tertawa selain obat mujarab juga merupakan perangsang motivasi. Bahkan Rasulullah saw. bersabda: ”Janganlah terlalu membebani jiwamu dengan kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan hal yang ringan dan lucu. Sebab bila terus dipaksakan dengan memikul beban berat ia akan menjadi buta”. (HR Abu Dawud).
Dalam pergaulan sehari-hari, orang humoris lebih mudah didekati dan cenderung lebih disukai. Charles Metcalf, penulis buku "Lighten up survival for people under preasusure", mengatakan, humor bukan semua jenis lelucon yang diiringi tawa. Humor lebih merupakan cara melihat, bereaksi dan berinteraksi terhadap dunia.
Keahlian humor jadi ciri utama bagi orang-orang yang maju pesat, tapi tetap kreatif dan sehat dalam menghadapi situasi yang menekan sekalipun. Jangan takut humor Anda akan membuat orang lain tertawa atau tidak, coba saja***
Penulis, staf dosen Politeknik Pajajaran Bandung, mengajar mata kuliah MC dan Protokoler, jurusan Sekertaris dan Public Relation

No comments:

Post a Comment